Solo – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia membuka Festival Payung Indonesia di Taman Balekambang, Solo, Jawa Tengah, Jumat (11/9/2015).
Festival dibuka oleh Pejabat Sementara (PJs) Wali Kota Solo, Budi Suharto, serta dihadiri oleh tiga delegasi yang juga menjadi penampil dalam pembukaan festival yakni Thailand, Jepang, dan Cina.
Tak sekedar menampilkan keindahan warna dan bentuk payung semata, festival yang bekerja sama dengan Mataya Arts and Heritage dan Rumah Karnaval Indonesia ini juga dilatarbelakangi adanya keprihatinan terhadap desa-desa di Indonesia yang perlahan berhenti berproduksi karena minimnya permintaan pasar.
“Festival ini tidak semata-mata sebagai ajang pertunjukan saja, namun juga ingin mendorong pengrajin lokal untuk terus berkarya dan meningkatkan lagi seni membuat payung yang kini sudah hampir ‘punah’,” ungkap Heru Mataya, Ketua Panitia Penyelenggara Festival Payung Indonesia 2015.
Tak sampai di situ, Heru juga menyatakan bahwa dengan adanya festival ini, permintaan payung di desa-desa tersebut semakin meningkat. “Desa-desa yang tadinya sepi pembeli, kini sudah banyak pemesan, bukan hanya dari daerah lokal, tapi juga luar negeri,” tambahnya.
Festival Payung Indonesia 2015 juga diikuti oleh 13 daerah yang tersebar di Indonesia, di antaranya Kabupaten Bau-Bau (Sulawesi Tenggara), Palu (Sulawesi Tengah), Kabupaten Kuantan Sengingi (Riau), Padangpanjang (Sumatra Barat), Bengkulu, Bandung hingga Tasikmalaya.
Dalam festival tersebut, hadir pula booth World Culture Forum (WCF) yang menghadirkan beragam informasi seputar persiapan WCF 2016 di Bali. Festival akan berlangsung selama tiga hari, mulai dari 11-13 September 2015.