Jakarta – Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggelar sosialisasi kepada utusan misi Diplomatik dan Organisasi Internasional, di Hotel Century, Kamis (4/8). Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid hadir memimpin acara.
Ditemui usai acara, Hilmar menjelaskan filosofi kehidupan masyarakat Bali menjadi landasan dari penyelenggaraan WCF 2016. “Landasan dari kegiatan ini ada tiga hal, pertama desa yang berarti tempat, kala dimaknai sebagai waktu, dan patra adalah keadaan. Artinya, manusia dalam hubungannya dengan ruang dan waktu. Semacam landasan berpijak untuk mengarungi pembangunan,” jelasnya.
Prinsip-prinsip dasar dalam kebudayaan, lanjutnya, saat ini sangat berguna untuk diangkat kembali. “Karena pembangunan sudah sangat teknikal. Soal pertumbuhan, akumulasi kekayaan, dna sebagainya. Kita di sini ingin mengingatkan kembali, bahwa elemen kebudayaan, terutama tradisi, akan membuat perkembangan pembangunan ekonomi menjadi lebih baik,” Hilmar memaparkan.
Briefing meeting ini difasilitasi oleh Kementerian Luar Negeri kepada utusan Misi Diplomatik dan organisasi internasional di bawah Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Melalui sosialisasi ini, diharapkan negara-negara peserta sudah mengetahui lebih awal mengenai keinginan pemerintah yang akan mengagendakan perumusan gagasan dan solusi dalam bidang kebudayaan, guna membangun dunia yang lebih inklusif dan lestari.
Selain itu, WCF juga diharapkan dapat bertukar pengalaman dalam penyelesaian konflik-konflik kebudayaan, serta dapat membuat rumusan berupa gagasan dan solusi konkrit untuk mengembangkan kebudayaan sebagai hulu dari pembangunan.
“Forum ini memobilisasi banyak orang dari berbagai tempat di dunia, yang punya pengalaman yang mengkonfirmasi statement tadi. Ayo kita sama-sama, dari berbagai perwakilan forum dari berbagai negara, duduk bersama, memikirkan dan menyepakati untuk meneruskan forum ini dan mengangkat kebudayaan dunia,” tukas Hilmar.