Jakarta – Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid baru saja membuka Forum Diskusi Terarah Publikasi Kebudayaan 2017, di Hotel Millenium, Kamis (9/2). Dalam sambutannya, ia menyampaikan pentingnya efektivitas publikasi informasi dalam upaya pelestarian kebudayaan Indonesia.
“Kita memiliki banyak sekali seni dan budaya yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Banyak produk penerbitan dihasilkan untuk memberitakan tentang kebudayaan suatu daerah, dan disebarkan ke beberapa titik. Tapi apakah cara itu sudah efektif? Apakah produk-produk penerbitan itu sudah tersebar secara merata hingga ke masyarakat?” paparnya.
Menurutnya, banyaknya agenda kegiatan satuan kerja Direktorat Jenderal Kebudayaan turut pula menghasilkan terbitan yang juga tidak sedikit. Sayangnya, produk publikasi tersebut tidak dilakukan melalui satu pintu yang sama. “Hal inilah yang membuat kami merasa bahwa hal tersebut tidak efektif. Banyak kegiatan, banyak produk yang dihasilkan, tapi bukan dari satu pintu. Kita akan membuat Kelompok Kerja untuk membuat semua ini menjadi efektif,” Hilmar menegaskan.
Pembentukan Pokja (Pokja) tersebut nantinya diharapkan akan menjadi alternatif sumber utama, di mana seluruh informasi kebudayaan di lingkungan Direktorat Jenderal Kebudayaan akan dipublikasikan melalui jalur tersebut.
“Pokja ini nantinya akan memilih secara strategis berita apa yang akan kita terbitkan, mengolah bagaimana membuat cerita yang membosankan menjadi menarik untuk dibaca terus-menerus, menjaga ritme, hingga pada bagaimana pengelolaan penerbitan ini agar merata hingga ke masyarakat,” tukasnya.