Depok — Ada yang berbeda dan menarik dalam proses diskusi di komisi-komisi dalam Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNPK) 2016. Diskusi komisi-komisi tersebut terasa lebih hidup dengan metode ice breaking, serta pencatatan poin-poin diskusi melalui metode graphic recording.
Terdapat tujuh komisi dalam RNPK 2016 yang membahas tema berbeda. Setiap komisi berdiskusi di ruangan yang berbeda, dengan didampingi fasilitator dan dua orang graphic recorder. Graphic recording adalah metode mencatat dengan menggunakan grafik. Para graphic recorder membuat gambar atau grafik yang menarik dengan menggunakan tangan, untuk mencatat poin-poin diskusi di setiap komisi.
“Prosesnya itu, pertama kita yang pasti adalah mendengarkan dulu. Aktif mendengarkan. Jadi selain akan mendapatkan inti-inti pembahasan, juga mulai terbayang ke mana obrolan ini akan dirangkum, kita akan mendapatkan rangkuman apa. Karena gambar itu kan menyederhanakan segala macam yang sulit,” ujar graphic recorder, Habibie, saat ditemui di ruang sidang Komisi V, dalam acara RNPK 2016 di Bojongsari Depok, Jawa Barat, (22/2/2016).
Ia mengatakan, dari proses mendengarkan itu, para graphic recorder biasanya akan dapat mengetahui tujuan atau arah pembahasan, lalu mereka akan menampilkannya dalam sebuah gambar atau grafik. Alat menggambar yang digunakan para graphic recorder di RNPK 2016 adalah crayon. Mereka menggambar di atas kertas gambar yang berukuran cukup besar.