Graphic Record, Rangkum Rembuknas 2017

0
1785

Jakarta – Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan 2017 masih berlanjut. Memasuki hari ketiga, masing-masing komisi berembuk menyatukan hasil diskusi ke dalam poin-poin utama. Sementara di sudut ruangan, tampak seseorang sedang fokus menggambar pada sebuah kertas putih berukuran A0, sambil sesekali berjalan mendekati layar proyektor untuk memfoto presentasi menggunakan gawai dan kembali lagi ke meja kerjanya.

Tak butuh waktu lama, coretan sketsa sang seniman mulai terlihat alurnya. Rupanya ia sedang merekam suasana di dalam ruangan dengan gerakan tangan yang sangat cepat. Proses merekam acara melalui teknik gambar manual ini disebut dengan istilah graphic record. Teknik ini belakangan sedang menjadi perhatian. Pasalnya, hasil yang diciptakan melalui media kertas dan spidol tersebut mampu menghasilkan pengalaman visual yang bukan hanya menarik, tetapi juga penyampaian informasi yang lebih mudah ditangkap.

Setidaknya hal itulah yang diungkapkan Agah Nugraha, graphic recorder yang merangkum acara di ruang sidang Komisi III Rembuknas Pendidikan dan Kebudayaan 2017 ini.

“Tujuan graphic record ini adalah membuat orang tertarik dengan topik sebuah acara dengan visual. Pertama dibuat tertarik dulu, lalu datang melihat. Para peserta yang datang jadi bisa melihat notulensi bukan hanya dengan teks, tetapi juga gambar-gambar,” jelasnya.

Meski serupa dengan notulensi, namun cara kerja graphic record ini membutuhkan konsentrasi lebih. “Kalau narasumber punya presentasi yang dipaparkan kepada audiens, kita bisa foto presentasinya, lalu menggambar. Tetapi, sambil menggambar, kita juga harus mendengar presentasinya dan pertanyaan-pertanyaan dari peserta, dan bagaimana jawabannya. Semua yang kita lihat dan dengar, harus diterjemahkan ke dalam gambar dengan cepat, dan harus selesai saat itu juga,” Agah menambahkan.

Hanya butuh waktu kurang dari satu jam, Agah mampu menyimpulkan diskusi dengan tujuh subtema yang dipaparkan ke dalam dua sketsa di atas kertas putih besar yang dibawanya. “Nanti setelah saya selesai menggambar, silahkan kalau mau mewarnai,” ia menawarkan.

Seluruh hasil graphic record tersebut kemudian dipamerkan di halaman aula utama Gedung Garuda, dan bisa dinikmati oleh para peserta. Salah seorang peserta menuturkan, ia sangat menikmati membaca kesimpulan acara dengan teknik graphic record ini.

“Saya peserta dari komisi satu, tapi dengan adanya gambar-gambar ini, saya bisa melihat dan membaca hasil kesimpulan dari komisi dua dan tiga dengan cara yang mudah ditangkap. Saya juga bisa lebih mengerti pembahasan dengan tema yang berat itu dengan cara yang sangat ringan,” katanya.