Suara Lantang dan Tarian Warna dalam Pameran Lukisan Karya Yoes Rizal “pop–up/meletup”

0
797

Suara-suara lantang yang tidak biasa hadir di Galeri Nasional Indonesia. Suara itu bukan musik melainkan ekspresi fikiran-fikiran yang digumamkan melalui bahasa seni rupa. Inilah yang dilakukan oleh perupa tanah air, Yoes Rizal, ia mendefinisikan ‘suara’ yang lantang sebagai fikiran yang juga kemudian dipresentasikan oleh garis, warna, dan noda bertabrakan seperti halnya refleksi getaran suara. Ia hadir menampilkan 25 karya abstrak yang disuguhkan dalam pameran lukisan bertajuk “pop–up/meletup”.

“Tema “pop–up/meletup” dipilih sebagai penggambaran spontanitas yang diekspresikannya secara cepat dan meletup-letup melalui penekanan garis”, ungkap Yoes Rizal. Lebih lanjut kurator Mamud Dzafce mengungkapkan jika karya-karya Yoes adalah Waltz/tarian warna jingga, kuning, dan biru yang dijahit atau ditarik dengan garis gelap ke arah dasar simbol tanda noda bercampur. Tarian warna ini kadang nampak tidak terstruktur dan tak dikenali tapi bisa jadi sebuah jalan keluar setelah lama mencari gerakan kehidupan pada lapisan-lapisan objek fana.

Sedangkan bila menilik pada kiprahnya, Yoes Rizal merupakan seniman generasi kontemporer lulusan Seni Rupa ITB, Bandung, yang telah aktif berpameran dalam skala lokal maupun internasional. Sebelumnya Yoes Rizal pernah berpameran di Galeri Nasional Indonesia pada 2012 dalam ArtEnergy, dan Indonesia Art Award & Philip Morris Asia pada 1999. Ia juga pernah menggelar pameran solo di USA, dan berbagai pameran beregu di Malaysia, Turki, serta USA.

Pameran lukisan karya Yoes Rizal “pop–up/meletup” dapat diapresiasi mulai 10-22 Februari 2018, pukul 10.00-19.00 WIB, di Gedung D Galeri Nasional Indonesia. Pameran ini terbuka untuk umum dan bebas biaya.

*fii/GNI

————————————————————————————–

“Galeri Nasional Indonesia mengucapkan terima kasih atas kerja sama yang baik dengan seniman Yoes Rizal. Ia merupakan seniman yang telah malang melintang di duni seni rupa baik nasional dan internasional. Melalui UU Pemajuan Kebudayaan, kami diminta untuk selalu hadir ditengah-tengah masyarakat khususnya melalui dunia seni rupa.”

Pustanto

Kepala Galeri Nasional Indonesia

 

“Saya kenal Yoes Rizal sejak enam tahun lalu, bagi saya ia adalah seorang pelukis esensial individualis yang melukis tidak terkukung satu gaya bahkan lepas dari konsep. Walaupun Yoes sendiri merupakan seorang akademik yang tak terlepas dari konsep. Baginya karya yang dihasilkan dibaca oleh penikmat/pecinta seni akan terbit narasi-narasi lain karena perbedaan pengetahuan itu adalah hak otonom penikmat sendiri. Karya Yoes sangat mengagumkan karena dia eksplorasi terus tanpa henti. Realisnya luar biasa. Tapi bagi Yoes itu belum cukup. Meski sekarang masih muncul figuratif, tapi itu tidak penting karena didalamnya ada emosi.”

E.Z. Halim

Co-curator

 

“Saya senang Yoes berkarya walaupun kadang ia marah karena keadaan seni rupa belakangan ini tidak sehat. Saya bangga kalau Yoes tetap bertahan berkarya menjadi dirinya, tidak terpengaruh keadaan. Tidak mudah bertahan menjadi perupa di tengah kemajuan teknologi dengan gaya-gaya baru anak zaman ‘now’ sehingga kadang kita merasa ketinggalan. Tapi saya melihat karya-karya Yoes disini berani dengan energi yang sangat dahsyat. Saya yakin Yoes dapat berjalan dengan dada di depan.”

Christiana Gouw

Pecinta Seni