Merekam Museum Bank Indonesia dalam Sketsa

0
1162
Kamisketsa Museum Bank Indonesia
KamiSketsa GalNas On The Spot sambangi Museum Bank Indonesia, jakarta (7/2/2019). Foto: Dok. GNI/asep/destian

Workshop KamiSketsa GalNas On The Spot kembali digelar. “Sebelumnya KamiSketsa GalNas On The Spot telah dilaksanakan di GPIB Immanuel Jakarta, PLN Menteng, Museum Nasional, Museum Kebangkitan Nasional, dan Museum Sumpah Pemuda yang semuanya berada di Jakarta. Pernah juga di Tjolomadoe, Surakarta,” ujar Edukator Galeri Nasional Indonesia Aola Romadhona. Kali ini, workshop tersebut diselenggarakan di Museum Bank Indonesia (BI) pada Kamis, 7 Februari 2019. Workshop sketsa seperti ini dikatakan Kepala Divisi Museum BI Dandy Indarto Seno merupakan yang pertama di Museum BI. “Saya pikir ini baik sekali untuk melihat bagaimana arsitektur Museum BI bisa digambarkan dalam bentuk sketsa,” katanya.

Museum BI dipilih lantaran menempati bangunan cagar budaya yang menyimpan sejarah penting. Bangunan yang telah berdiri ini sejak abad 19 (tahun 1800-an) ini merupakan gedung kuno bekas rumah sakit pada zaman kolonial. Gedung ini mulai 1828 ditempati De Javasche Bank sebagai cikal bakal Bank Indonesia (BI) yang resmi berdiri pada 1 Juli 1953. Mengingat gedung tersebut menyimpan perjalanan panjang BI, maka gedung digunakan sebagai Museum BI yang diresmikan pada 21 Juli 2009.

Sejarah tentang gedung Museum BI ini diceritakan oleh pemandu kepada para peserta sketsa dalam sesi tur museum. Berkeliling museum menjadi kesempatan bagi para peserta untuk mengetahui lebih banyak tentang Museum BI. Tak hanya sejarah, tur tersebut juga membawa para peserta untuk melihat berbagai sudut gedung yang bergaya arsitektur kolonial sekaligus mengamati detail pola ornamen yang memiliki makna khusus. Karena itu, tur tersebut penting bagi para peserta untuk memahami karakter objek sketsa.

Setelah tur, para peserta bebas memilih objek sketsa. Sebagian besar dari puluhan peserta memilih objek struktur gedung dari berbagai sisi. Sketsa mereka merekam pilar-pilar kokoh, dinding dengan balok tebal, jendela-jendela tinggi, serta atap bangunan dengan pola ornamen unik. Selain bebas memilih objek, para peserta juga bebas memilih ragam medium. Ada yang suka menggunakan pensil, mengandalkan drawing pen, kuas, piawai dengan tinta cina dan lidi, ada yang menambahkan cat air, serta improvisasi menggunakan bubuk kopi.

Dalam sketsa gedung, penentuan garis-garis perspektif, arsiran tipis–tebal, dan permainan gelap–terang merupakan unsur untuk menghidupkan dimensi sketsa. Seperti yang dipaparkan sketcher Daniel Nugraha, sembari sharing dengan peserta lainnya, Daniel menunjukkan bagaimana menentukan dan menarik garis perspektif untuk membuat sketsa gedung. “Garis perspektif membantu menentukan posisi objek sehingga tampak proporsional. Sedangkan gelap pada bagian dalam jendela misalnya, membuat adanya kedalaman,” terangnya.

Selain gedung, sketcher spontan Toto BS juga sempat melakukan sketsa wajah Kepala Divisi Museum BI pada workshop tersebut. “Satu hal yang paling menarik ini persis ya. Sampai Pak Toto itu lihat ini kumisnya, jenggotnya ada titik-titiknya, bitnik-bintiknya. Saya baru kali ini langsung dibuat sketsa dalam waktu cepat hanya sekitar satu-dua menit. Dan saya pikir ini mirip. Terima kasih untuk Pak Toto dan Galeri Nasional,” ucap Dandy dengan senyum.

*dsy/GNI