Festival Budaya Spiritual Gaungkan Kebinekaan Dalam Berbudaya dan Bermasyarakat

0
517

Solo, Jawa Tengah – Festival Budaya Spiritual yang digelar Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Masyarakat Adat gaungkan kesamaan pandangan dalam perwujudan budaya spiritual. Adapun pesan yang ingin disampaikan melalui kegiatan ini ialah hidup berdampingan dengan damai dalam bermasyarakat dan peningkatan pelayanan serta pemenuhan hak-hak sipil khususnya bagi para penghayat kepercayaan terhadap Tuhan YME.

Dalam pembukaan Festival Budaya Spiritual di Balaikota Surakarta, Wakil Gubernur Jawa Timur, Gus Yasin Maimoen mengajak seluruh warga Jawa Tengah untuk menghormati budaya-budaya yang diamanatkan oleh para leluhur dan tidak meninggalkan sejarah.

“Kita sebagai pemuda patut menuakan dan menghormati budaya yang diamanatkan oleh leluhur kita. Sebagai orang Jawa juga tentu harus menjadi orang yang berbudaya, dan tidak lupa menjadi bangsa yang lupa sejarah karena mereka mengajarkan banyak hal,” ujarnya saat memberikan sambutan (17/7/23).

Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Masyarakat Adat (KMA) sendiri mencatat, saat ini terdapat 177 organisasi penghayat kepercayaan yang terdapat di seluruh Indonesia. Pemenuhan-pemenuhan hak sipil tentunya terus dimaksimalkan sesuai regulasi yang berlaku. Tak hanya itu, Direktorat KMA juga terus melakukan pembinaan dan penyuluhan kepada para penghayat kepercayaan terhadap Tuhan YME agar terus bersinergi dengan pemerintah pusat.

Dalam kesempatan berbeda, Direktur KMA, Sjamsul Hadi menekankan upaya percepatan layanan pendidikan bagi para penghayat kepercyaan dengan menyiapkan pedoman teknis dan mengawal ketersediaan kurikulum yang sesuai.


“Kami juga bekerja sama dengan Direktorat Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah, serta Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Pendidikan untuk pembuatan buku teks kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta pembinaan guru dan tenaga pendidik kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,” jelas Sjamsul saat Sarasehan Budaya “Pemenuhan Hak Konsitusional Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhuan YME” di Loji Gandung, Surakarta (18/7/23).

Festival Budaya Spiritual mengemas praktik baik tradisi perayaan Bulan Suro dan dimeriahkan ratusan peserta perwakilan penghayat kepercayaan. Diawali dengan Napak Tilas Spiritual, Umbul Donga, Sarasehan Kebudayaan, Kirab Suro, Ruwatan Sukerto dan Pagelaran Wayang Kulit. Kesemuannya dimeriahkan dengan ekspresi budaya, kesenian tradisional dan tradisi tumpeng, serta pameran budaya oleh penghayat dan produk UMKM lokal.

Ambil Momentum Baik Satu Suro.

Festival Budaya Spirtual yang diselenggarakan mulai 17 Juli hingga 19 Juli 2023 dihelat bersamaan dengan Satu Suro atau Satu Muharam. Ratusan peserta penghayat kepercayaan mengikuti Kirab Pusaka yang digelar Keraton Surakarta untuk memperingati Satu Muharam. Peserta mengelilingi Pura Mangkunegaran lengkap mengenakan busana beskap bagi laki-laki dan kebaya hitam bagi perempuan.

Kirab Pusaka dimulai dengan membawa pusaka dalem mengelilingi tembok Pura Mangkunegaran. Peserta upacara kemudian mengelilingi Pura Mangkunegaran dan menaati Laku Tapa Bisu, yakni berjalan sambil bertapa membisu dan tidak diperkenankan berbicara selama mengelilingi pura. Hal ini memiliki filosifi keheningan dan sebagai tanda untuk mendekatkan diri kepada Tuhan YME sekaligus merenungi ucapan dan tindakan yang sudah dilalui.

Upacara tersebut tak hanya diikuti oleh warga Solo, namun juga para abdi dalem dan sejumlah tamu undangan yaitu Gubernur Jawa Tengah, Walikota Solo, Menteri Sekretariat Negara Indonesia, serta perwakilan undangan Kemendikbudristek.

Bulan Suro atau bulan pertama dalam penanggalan Jawa dianggap suci dan dijunjung dalam tradisi Jawa. Bulan ini dianggap sebagai waktu yang tepat untuk melakukan refleksi spiritual, bertukar pikiran, dan memperoleh pemahaman mendalam tentang kehidupan.