Banten – Hari kedua Belajar Bersama Maestro Purwacaraka diisi dengan berbagai materi interaktif dan atraktif yang berlangsung di kediaman sang maestro musik, Bintaro, Tangerang Selatan (27/6/2015). Para peserta diajak untuk mengenal lebih dekat sosok keseharian Purwacaraka di rumah pribadinya, berkenalan dengan keluarganya, serta mengobservasi berbagai koleksi alat musik dan benda-benda menarik lainnya.
Pada sesi pertama, para peserta BBM distimulasi melalui obrolan santai dan diskusi ringan sehari-hari, mengenai eksplorasi wawasan bermusik dari masing-masing peserta yang memiliki beragam bakat dan minat. Purwacaraka bertanya kepada para murid BBM bimbingannya, “Apa yang ingin kalian ketahui tentang Purwacaraka?”. Beberapa pertanyaan pun terlontar, antara lain apa saja kunci sukses dari seorang maestro Purwacaraka dan bagaimana cara beliau membagi waktu di sela-sela kesibukannya membuat komposisi musik, mengajar, dan sejumlah aktivitas lainnya. Selanjutnya Purwacaraka pun melontarkan pertanyaan tentang mimpi dan cita-cita para peserta BBM ke depannya, yang berlanjut pada diskusi mengenai feminime, produktivitas, pentingnya entrepreneurship, cara membaca peluang, dan tentunya bercerita tentang pengalaman panjangnya dalam bermusik; dari awal hingga saat ini.
“Bebaskanlah pikiran, karena di dalam seni tidak pernah absolut. Temukanlah warna kalian sendiri. Meniru hanya bagian dari proses, dan teori sebagai pengetahuan. Masa depan milik orang-orang kreatif, jadilah sekreatif mungkin!” demikian disampaikan Purwacaraka dalam aktivitas dialognya bersama para peserta Belajar Bersama Maestro.
Purwacaraka memberikan pesan dan pengalaman mengenai pentingnya sebuah peluang, konsekuensi dari tiap pilihan yang akan dijalani, tekad yang kuat dalam sebuah passion, dan tantangan yang diterjemahkan ke dalam kenikmatan. Meski tidak semua peserta BBM bercita-cita menjadi seorang musisi, Purwacaraka tetap memberikan wejangan dan bekal sebagai pendidikan mental para peserta kelak.
Selain berkeliling rumahnya dan melihat berbagai koleksi pribadinya, Purwacaraka turut mengenalkan beberapa alat musik yang dimilikinya, antara lain yaitu Okarina, Didjeridu khas suku Aborigin, Australia; Panpipe dari Bolivia, akordeon, alat musik khas Bali, dan sebagainya. Ada pula biola dari kaca yang merupakan koleksi dengan nilai historis tersendiri bagi Purwacaraka. Sang maestro pun mengajak anak didiknya mengunjungi ruang penyimpanan dokumen notasi yang disusunnya selama puluhan tahun mengkomposisi orkestrasi. Disini para peserta sedikit demi sedikit telah mengetahui dan memperoleh pemahaman mengenai sosok maestro yang akan mengasah kemampuan bermusik mereka hingga 8 hari ke depan.