Woro Mustiko Siwi: Melestarikan Budaya Bangsa Tanggung Jawab Anak Muda

0
2106

Woro Mustiko Siwi belajar seni tradisi Jawa sejak kanak-kanak. Di usia lima tahun Woro kecil bahkan sudah tampil dalam pertunjukan nembang Jawa. Tujuh kejuaran untuk seni pedalangan telah pula ia raih dengan penghargaan tertinggi sebagai juara I Festival Dalang Bocah Tingkat Nasional 2016. Suara indahnya juga terekam dalam dua album yang dirilis oleh musisi Erwin Gutawa.

Tahun 2014, Woro mendapat penghargaan AMI Award untuk kategori artis penyanyi solo wanita terbaik bidang lagu anak-anak lewat lagu “Walang Kekek” pada album Di Atas Rata- rata. Woro bercita-cita menjadi seniman yang dapat membawa kebudayaan Indonesia ke tingkat dunia.

Woro kecil tinggal bersama eyang kakung Srihadi, seorang dalang yang tinggal di Semarang, Jawa Tengah. Di rumah eyang-nya itu, Woro menyaksikan eyang dan kelompoknya latihan pedalangan dan seni tradisi Jawa yang lain. Suasana itu mendorong Woro turut mempelajari seni tradisi Jawa. Bila eyang-nya nembang, Woro pun ikut nembang. Hal itu mereka jalani dengan santai, biasanya saat duduk-duduk di pagi dan sore hari. Umur lima tahun Woro mulai naik panggung. Ia tampil dalam pertunjukan tembang Jawa pada pesta pernikahan. Kelas II SD, Woro mulai mengikuti perlombaan dan meraih juara I untuk mocopat. “Saat itu saya senang sekali karena pertama kali ikut lomba langsung mendapat juara I,” kenang Woro berbinar-binar.
Ketika duduk di kelas III SD, Woro semakin bersunggguh- sungguh belajar tari Jawa dan seni pedalangan. Dari berbagai seni Jawa yang dipelajarinya, belajar dalang-lah yang menurutnya paling menantang. Ia dituntut menguasai musik gamelan yang mengiringi dalang dan sabetan, cara menggerakan wayang. Yang paling sulit, menurut Woro, mendalami karakter tokoh-tokoh wayang yang ia mainkan. Usaha Woro tak sia-sia, dalam usianya yang masih muda, ia telah meraih prestasi di tujuh kejuaran untuk seni pedalangan. Penghargaan tertinggi adalah ketika ia tampil sebagai juara I pada Festival Dalang Bocah Tingkat Nasional pada tahun 2016. Prestasinya dalam seni pedalangan membuat Woro sering diundang untuk mendalang. Sudah 13 pertunjukan dalang telah ia lakoni, antara lain pentas dalang pada Hari Kartini di Auditorium RRI Semarang dan pentas dalang pada Peresmian Patung Cheng Ho di Sam Po Long, Semarang.

Selain mendalami mocopat dan pedalangan, Woro menekuni seni suara. Ia belajar nembang pada eyang kakung-nya dan langgam keroncong pada bude-nya. Kemudian Woro pun terlibat dalam acara “Di Atas Rata-Rata”-nya Erwin Gutawa. Kerja sama dengan Erwin Gutawa terus Woro jalani, saat ini sudah mencapai tahun kelima. Bersama Erwin Gutawa, Woro dapat menambah kemampuan seni vokalnya, khususnya untuk genre pop, jazz dan rock. Ia juga belajar kerja tim dengan musisi-musisi handal. Proses kerja sama itu melahirkan dua album bergengsi: Musik Anak Terbaik dan Di Atas Rata-Rata. Kolaborasi dengan Erwin Gutawa membawa Woro pada penghargaan bergengsi: AMI Award untuk kategori artis penyanyi solo wanita terbaik bidang lagu anak-anak lewat lagu “Walang Kekek” pada album Di Atas Rata-rata, pada 2014.

Atas capaian tersebut, Woro tak cepat berpuas diri. Ia menyadari masih banyak yang harus ia pelajari, baik untuk seni tradisi Jawa maupun karier tarik suara yang sedang dijalaninya. Keberhasilannya itu juga berkat didikan eyang kakung, bude dan kedua orangtuanya. Bila Woro mendalang, ayahnya selalu menemaninya dengan ikut bermain gender. Eyang kakung-nya juga selalu hadir dalam setiap pertunjukannya.

Kecintaan Woro pada seni berangkat dari kesadaran untuk melestarikan kebudayaan bangsa. “Saya sebagai generasi muda bertangung jawab melestarikan budaya bangsa. Karena itu, saya tertarik menekuni seni supaya tidak diambil negara lain,” tutur Woro. Ia juga berpesan agar anak-anak di Indonesia lebih mencintai kebudayaan Indonesia daripada budaya asing. Dan, untuk mencintai budaya, tidak harus langsung menjadi pelaku seni. Anak-anak bisa juga turut memublikasikan karya-karya kebudayaan bangsa. Walaupun, menurutnya, jika ada anak yang mau belajar budaya bangsa tentu itu lebih keren. Woro juga terus menyusun langkah untuk menjadi seniman yang bisa membawa kebudayaan Indonesia ke tingkat dunia, sehingga warga dunia mengetahui kekayaan budaya Indonesia.