Verifikasi Telor Seroja sebagai WBTB

0
784

Notice: Trying to get property 'roles' of non-object in /home/website/web/kebudayaan.kemdikbud.go.id/public_html/wp-content/plugins/wp-user-frontend/wpuf-functions.php on line 4663

Bangka Belitung, 23 Mei 2016 – Dalam rangka memenuhi surat dari Kemendikbud mengenai verifikasi 12 warisan budaya tak benda, subdit warisan budaya tak benda melakukan verifikasi terhadap budaya tak benda Telor Seroja. Bertempat di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bangka Belitung, tujuan dari verifikasi ini adalah untuk mengetahui  bagaimana keberadaan budaya Telor Seroja di masyarakat Pulau Bangka. Selain itu masih kurangnya informasi tentang penjelasan Telor Seroja. Sebagai informasi bahwa di Bangka mempunyai 5 dialek pengucapan Telor Seroja yang berbeda-beda, yang menyebabkan penyebutannya berbeda-beda. Ini karena pengaruh budaya luar yang masuk ke Bangka.

Ketua Dewan Kesenian Provinsi Bangka Belitung, Bapak Saad menjelaskan bahwa suatu khas ciri Telor Seroja di Bangka Selatan merupakan kembang yang dipasang telur rebus dan diberi pewarna. Di dalamnya dialas pisang dan dihiasi nasi ketan dan digunakan untuk tamat khataman Al-Quran. Pada tahun-70 an, Telor Seroja di Bangka Selatan dibuat untuk tambahan seserahan kawin massal. Malam hari diarak keliling kampung pakai payung lilin. Dahulu,  kalau tidak hatam belum bisa nikah. Kalau suami istri hatam pada waktu yang sama maka masing-masing membuat Telor Seroja dan dibawa ke masjid setelah itu dilakukan khataman Al-Quran. Selain itu, di Bangka Selatan menyebutnya “Telo Serujo” sedangkan di Bangka Barat “Telo Seruje”. Perbedaan penyebutan karena kekhasan dialek setiap suku. Beliau menambahkan di kampung yang paling cepat didapat yaitu telur. Dan ada presepsi kalau orang Bangka tidak beternak ayam bukanlah orang bangka. Maka budaya Telor Seroja inilah yang menjadi ciri khas budaya Bangka. Hal ini diharapkan dengan telor yang menetas akan jadi anak yang berkembang dan berguna bagi bangsa. Telor seroja diidentikkan sebagai ungkapan suka cita. Kekhawatiran melihat Telor Seroja sebagai bagian warisan budaya  yang hilang, maka mengadakan festival Telor Seroja untuk melestarikan budaya Telor Seroja di masyarakat dan bisa berdampak positif terhadap masyarakat. Dewan kesenian selalu berkoodinasi  dengan  pemerintah untuk tetap terus mengadakan festival ini sebagai kegiatan tahunan, ucapnya.

Sementara itu, tokoh masyarakat dan pemerhati budaya, Bapak Sakiman mengharapkan suka tidak suka seyogyanya mendukung tradisi budaya telor seroja. Ini merupakan suatu misi kebudayaan. Hal ini juga memotivasi  generasi muda untuk menghatam Al-Quran, saya rasa tidak seharusnya kepala daerah memberhentikan kegiatan kebudayaan semacam ini, tutupnya.