Sekura Cakak Buah

0
129

Masyarakat Lampung Barat meyakini bahwa kepercayaan tentang pemujaan terhadap roh nenek moyang, leluhur pada masa prasejarah dan dewa-dewa pada masa pengaruh Hindu terjadi. Begitu pula dengan pertunjukan Sakura sebagai media ritual untuk persembahan. Sampai sekarang pun masih ada sebagian masyarakat Liwa melakukan dia ketika pertunjukan sakura ditampilkan pada bulan syawal, hari raya Idul Fitri.

Pesta Budaya Sekura adalah pesta budaya tradisional yang dilaksanakan setelah Hari Raya Idul Fitri biasanya mulai dari 1 Syawal sampai 6 atau 7 Syawal setiap hari bergantian dari Pekon ke Pekon yang lain. Pesta Budaya Sekura dalam pandangan secara umum kegiatan ini hampir sama dengan pentas teater luar ruang dengan pelaku adalah masyarakat, dimana gambaran kegiatan budaya ini adalah identik dengan kemenangan, kebebasan dan kegembiraan sebagai ungkapan jiwa manusia untuk berkreasi dan berexpresi.

Sekura dalam kebudayaan ini artinya topeng/penutup wajah atau merubah penampilan yang menggambarkan berbagai bentuk sifat dimuka bumi ini tapi dalam pesta sekura ini penggambaraanya adalah suasanya kegembiraan dan kebebasan berkreasi dalam kebersamaan berkelompok. Pesta budaya sekura secara definisi merupakan perayaan atau ungkapan kegembiraan masyarkat secara bersama-sama dengan bertopeng (menutup wajah) dan merubah penampilan sedemikian rupa yang sifatnya menghibur serta bertujuan utama bersilaturahmi yang berpuncak pada panjat pinang secara berkelompok dengan sistim beguai jejama (gotong royong).

Sekura secara teknis dibagi 2 kelompok :
SEKURA BETIK (helau) : penampilannya helau (indah) lucu, bersih dan sifatnya sebagai penghibur, dengan menggunakan kacamata gelap dan semua kostum dari kain panjang dan biasanya penutup kepala menggunakan selindang miwang (kain khas sebutan masyarakat Lampung Barat), kemudian pinggangnya juga dipenuhi gantungan kain panjang, banyak atau sedikitnya kain panjang yang dipakai seseorang atau kelompok orang yang sedang bersekura menunjukkan banyak atau sedikitnya Muli yang jadi pengikutnya (dalam Kebotnya/kelompoknya) karena kain kain panjang yang dipakai sekura tersebut dulunya adalah hasil pinjaman dari muli-muli yang ada dalam Jukku/Kebot adatnya. Sekura betik lebih mengarah pada menghibur penonton dengan tingkah mereka yang bebas berekpresi, sekura betik tidak berhak mengikuti panjat pinang, hanya sebagai penggembira.

SEKURA KAMAK (kotor) : memiliki penampilan yang kotor, bisa disebut juga sebagai ”Sekura Cakak”. Kamak (kotor) adalah ciri sekura ini yaitu memakai topeng dari bahan kayu atau dari bahan-bahan alami (tumbuh-tumbuhan) dan atau terbuat dari bahan-bahan yang jelek/bekas yang membaluri tubuh mereka yang akan menjadikan penampilannya menjadi lebih unik dan kotor dengan pakaian aneh dan lucu. Sekura Kamak berhak memanjat pinang yang telah ditentukan, untuk bersaing dan bekerjasama dalam kelompok untuk mencapai puncak dan menjadi pemenang.