Jawa Barat – Kesuksesan Bupati Banyuwangi ke-28, Abdullah Azwar Anaz telah mengubah Banyuwangi menjadi daerah yang mengalamai perkembangan pesat menginspirasi Kemdikbud untuk sharing pengalaman. Kiprahnya membangun Banyuwangi telah menghipnotis peserta kelompok diskusi kebudayaan dalam rangka Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan di hari ke dua, Selasa, 12 Februari 2019 di Gedung Merah Putih, Pusdiklat Kemdikbud. Keberhasilannya membangun Banyuwangi diharapkan dapat diadopsi dan menjadi teladan peserta rembuk dalam upaya memajukan kebudayaan di daerah.
Bupati Azwar Anaz menyampaikan strategi yang dilakukan untuk mengembangkan kabupaten kecil dan terisolasi bernama Banyuwangi yang kini menjadi salah satu daerah destinasi wisata, yaitu dengan merumuskan program kategori wajib, unggulan, penunjang serta pemetaan skala prioritas. Banyuwangi telah mampu meraih juara satu inovasi pariwisata dunia di Madrid, Spanyol. Hal ini membuktikan betapa pariwisata dan budaya menjadikan wilayahnya kuat dan mampu mengkonsolidasi pembangunan. Sebagai kabupaten yang tidak begitu besar, pengelolaan anggaran yang terbatas membuat Bupati Azwar Anaz perlu mengatur strategi promosi Banyuwangi, salah satunya melalui penyelenggaraan event. Baginya, prinsip pariwisata adalah 3 A: amanitas, aksesibilitas, dan atraksi. Berbagai macam event dihelat, bahkan terencana sembilan puluh sembilan ajang akan dilaksanakan pada tahun ini. Secara keseluruhan pelaksanaan ajang tersebut tanpa melibatkan event organizer mengingat terbatasnya anggaran yang harus dikelola. Pelibatan masyarakat terutama generasi muda adalah langkah yang dipilihnya, dengan menggelar pentas seni budaya di malam hari. Namun baginya, aktualisasi kebudayaan generasi muda itu tidak akan cukup dengan panggung-panggung latihan yang digelar hampir setiap malam. Maka terciptalah ajang Gandrung Sewu, Tour de Ijen, Jazz Ijen, Banyuwangi Ethno Carnival, dan Festival Mainan Anak-anak. Hasilnya banyak wisatawan tertarik untuk menyaksikan pada setiap tahunnya, tentu saja hal ini memberikan impact positif di segi ekonomi bagi masyarakat, sebut saja pemberdayaan home stay yang dikelola masyarakat sekitar dan tersebar di beberapa wilayah ketimbang pemberian izin pendirian hotel baru.
Pemilihan event juga selalu didasarkan pada hasil survey oleh penilaian publik dan kaum milenial bukan kesukaan pimpinan semata. Ajang kebudayaan menjadi mayoritas pilihan oleh masyarakat Banyuwangi. Maka pengemasan ajang budaya dijadikan sesuatu yang menarik adalah prioritas sang bupati. Kebijakan ini dibarengi dengan kegiatan lain yang tak kalah menarik, yaitu destinasi wisata alam (ecowisata). Fokus pada hal ini membuat Bupati Azwar Anaz membuat kebijakan dengan tidak mengizinkan pendirian tempat-tempat hiburan malam seperti karaoke dan diskotek. Pendirian hotel yang diizinkan pun minimal kelas bintang tiga dan mensyaratkan desain serta arsitektural hotel mengakomodir konsep-konsep tradisi dan kebudayaan lokal. Hal ini dia lakukan untuk memberikan ruang yang luas bagi kebudayaan lokal Banyuwangi.
Ajang kebudayaan di Banyuwangi akan terus dilakukan sebagai upaya pemajuan kebudayaan di Banyuwangi dan pengembangan di sektor pembangunan.
Secara umum, keberhasilan Bupati Azwar dalam membangun Banyuwangi terangkum dalam poin berikut:
- Tradisi, kekayaan dan kearifan lokal sangat dijunjung tinggi,
- Kebudayaan menjadi sesuatu yang sangat penting, bahkan menjadi ruh pembangunan
- Uang bukan segalanya dalam pengelolaan atau pemajuan kebudayaan, tetapi gotong royong dan kerja sama semua yang terlibat menjadi kekuatan dan modal keberhasilan
- Penyediaan ruang atau panggung untuk berekspresi bagi masyarakat
- Membangun budaya secara langsung membangun toleransi, kebhinekaan, persatuan, dan kerja sama
Keseimbangan dan kehadiran dalam melayani masyarakat adalah salah satu kunci keberhasilan pembangunan