Flores Timur, 3 Agustus 2024 – Festival Mini Meko, yang digelar oleh Pemerintah Kabupaten Flores Timur di Pasir Putih Meko, Dusun Meko, Desa Pledo, Kecamatan Witihama, Nusa Tenggara Timur (NTT), menjadi perayaan yang menggabungkan keindahan budaya dan alam dalam upaya meningkatkan kesejahteraan warga serta melestarikan lingkungan. Festival ini tidak hanya menjadi ajang promosi keindahan alam Flores Timur yang belum banyak dijamah wisatawan, tetapi juga menjadi bukti nyata kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat adat dalam menjaga warisan budaya dan lingkungan.
Festival yang berlangsung pada 3-4 Agustus 2024 ini menyajikan berbagai kegiatan menarik, di antaranya parade perahu hias yang melintas di perairan Meko, serta penanaman bakau, terumbu karang, dan pelepasan rumah ikan. Kegiatan ini bertujuan untuk mendukung pelestarian lingkungan laut, yang merupakan habitat penting bagi berbagai spesies seperti hiu putih, ikan, siput, lobster, cumi, gurita, serta habitat burung dan kelelawar.
Tak ketinggalan, rangkaian acara budaya yang terdiri dari pertunjukan tarian daerah, teater, puisi berantai, hingga pementasan musik, juga turut memeriahkan festival. Di samping itu, acara ini juga menampilkan penyerahan kapal, peluncuran pasar murah, dan pemancangan bendera merah putih di Pulau Meko, yang semakin memperkuat makna kebersamaan dan semangat gotong royong di kalangan masyarakat setempat. Para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) setempat juga turut berpartisipasi, memperkenalkan produk-produk lokal yang diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap perekonomian warga.
Peran sentral masyarakat adat dalam festival ini menjadi salah satu sorotan utama. Masyarakat Lamaholot, Adonara, dan Suku Bajo, sebagai tuan rumah adat, membuka acara dengan ritual adat yang bertujuan untuk memohon keselamatan dan kelancaran seluruh rangkaian festival. Melalui tarian dan nyanyian tradisional seperti sole oha, dolo, liang nama, dan gawe au, mereka menampilkan kekayaan budaya yang dimiliki Flores Timur, sekaligus memperkuat identitas lokal yang menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung.
Selain mempersembahkan budaya, masyarakat adat juga memanfaatkan festival ini untuk mempromosikan kearifan lokal dalam bidang kuliner. Pangan berbahan tanaman lokal diolah dan disajikan dengan cara tradisional, menonjolkan kekayaan alam yang dimiliki wilayah ini serta menggugah kesadaran akan pentingnya ketahanan pangan lokal.
Pj. Bupati Flores Timur, Sulastri HI Rasyid, berharap Festival Mini Meko akan memperkenalkan Pulau Meko dan sekitarnya ke panggung internasional. Ia menekankan pentingnya menjaga lingkungan laut dari ancaman sampah plastik, yang krusial bagi kesejahteraan warga yang bergantung pada sumber daya laut. “Menjaga lingkungan laut terutama dari sampah plastik. Laut harus dirawat karena menjadi habitat ikan bagi sumber penghidupan masyarakat sekitar,” tegas Sulastri.
Sejalan dengan harapan tersebut, Pj. Gubernur Nusa Tenggara Timur, Ayodhia Kalake, turut menekankan pentingnya festival ini sebagai motivasi untuk memperkuat destinasi wisata di Flores Timur. “Tempat ini masih asli dan asri. Harapan saya, festival ini memberikan motivasi untuk berlomba memperkuat destinasi wisata yang ada di wilayah ini,” ungkap Ayodhia saat membuka Festival Mini Meko. Ia juga berharap agar acara serupa dapat rutin diselenggarakan, tidak hanya di Dusun Meko tetapi juga di destinasi wisata lain di Flores Timur.
Festival Mini Meko tidak hanya merayakan keindahan budaya dan alam, tetapi juga menunjukkan bagaimana sinergi antara tradisi dan pelestarian lingkungan dapat menciptakan dampak positif bagi masyarakat. Dengan semangat gotong royong dan penghargaan terhadap warisan budaya serta alam, Flores Timur terus melangkah menuju masa depan yang lebih cerah. Festival ini menjadi langkah konkret dalam memperkenalkan kekayaan alam dan budaya lokal kepada dunia, sekaligus menjaga agar kekayaan tersebut tetap lestari untuk generasi mendatang.