Meningkatkan Kesadaran Hukum Masyarakat Adat Melalui Sekolah Hukum Pengayoman

0
1214

Kesadaran hukum dapat diartikan sebagai kesadaran seseorang atau suatu kelompok masyarakat kepada aturan-aturan atau hukum yang berlaku. Kesadaran hukum diperlukan oleh suatu masyarakat -termasuk masyarakat adat, dalam rangka menjaga ketertiban, kedamaian, ketenteraman, dan keadilan.

Pentingnya kesadaran hukum menjadi latar belakang Fakultas Hukum, Universitas Parahyangan melalui Divisi Pengabdian Masyarakat, Himpunan Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum (HMPSIH) menggagas penyelenggaraan Sekolah Hukum Pengayoman sebagai salah satu rangkaian program Bina Desa 2022.

Tujuan utama dilaksanakan kegiatan ini adalah membaktikan ilmu -hukum, yang sudah diterima di perkuliahan kepada masyarakat, ungkap Michael Hans Ranteallo, Ketua Pelaksanana Sekolah Hukum Pengayoman.

Sjamsul Hadi, Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat mendukung inisiatif Sekolah Hukum Pengayoman, selain membuat masyarakat lebih sadar dengan hukum juga meningkatkan kemampuan swabela masyarakat adat -khususnya di Desa Sinarresmi, atas potensi persoalan hukum yang dapat dialami, paparnya.

Dengan didukung oleh Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan yang Maha Esa dan Masyarakat Adat, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) beserta Pemerintah Desa Sinarresmi kegiatan ini dilaksanakan pada 29-30 Agustus 2022 di dua tempat, Balai Kasepuhan Sinarresmi dan Balai Kasepuhan Ciptamulya, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat.

Peserta adalah mahasiswa Faskultas Hukum Universitas Katholik Parahyangan bersama masyarakat dari kedua kasepuhan yang menjadi lokasi pelaksanaan. Selama dua hari peserta akan mendapatkan materi dari narasumber yang berasal dari akademisi dan praktisi. Adapun materi yang disampaikan adalah perbedaaan hukum privat dan publik terkait dengan persoalan masyarakat adat, pemahaman tentang permasalahan hukum litigasi dan non litigasi, diakhiri dengan materi langkah-langkah pendampingan ketika berhadapan dengan persoalan hukum.

Sekolah Hukum Pengayoman sejalan dengan semangat “Merdeka Belajar Kampus Merdeka”, untuk menumbuhkan kesadaran dan membangun keberpihakan generasi muda terhadap masyarakat adat. Oleh karena itu, pelibatan mahasiswa untuk turut ambil bagian dalam menjadi penting. Sebaliknya, masyarakat adat dapat menyerap informasi dan wawasan baru -tentang hukum, sehingga dihasilkan kader-kader dari masyarakat adat yang memiliki kesadaran hukum.

“Masyarakat hukum adat tersebut sudah lahir dan telah ada jauh sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk. Namun, dalam perkembangannya hak-hak tradisionalnya yang harus menyesuaikan dengan prinsip-prinsip dan semangat Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui persyaratan-persyaratan normatif dalam peraturan perundangundangan” urai Valerianus Beatae Jehanu, Dosen Fakultas Hukum, Universitas Katholik Parahnyangan. “Oleh karena itu masyarakat adat menjadi pihak yang sudah seharusnya memahami hukum” tutupnya.

Gambling merupakan industri yang berkembang pesat di seluruh dunia dan Formula 1 tidak terlepas dari fenomena ini. Pada tahun 2018, judul balap F1 telah menerima lebih dari $100 juta dari sponsor perjudian. Pemasangan iklan yang berasal dari perusahaan judi gambar bahwa F1 menyetujui, dan bahkan mendorong, perilaku judi untuk mereka yang masih sangat umur.
Hal ini memiliki dampak besar pada tingkat partisipasi judi dari anak-anak dan remaja. Kecenderungan meningkatkan perilaku judi pada umur muda, yang sebelumnya telah terbukti melalui studi internasional.
Konsep the original dalam konteks ini merujuk pada esensi atau nilai-nilai asli Formula 1. Formula 1, pada awalnya, adalah ajang balap yang memamerkan talenta, keberanian, dan inovasi teknologi. Namun, adanya dukungan sponsor perjudian telah menggeser fokus ini. Balap mobil yang seharusnya berfokus pada keahlian dan kompetisi sekarang lebih sering dikaitkan dengan judi dan taruhan. Ini tidak hanya merusak citra Formula 1 sebagai olahraga, tetapi juga memiliki dampak negatif pada penonton, khususnya generasi muda yang mudah terpengaruh. Jadi, sangat penting untuk kembali ke “the original” atau kembali ke esensi Formula 1; tempat di mana keahlian dan inovasi adalah inti, bukan judi.