“Giatkan Revitalisasi Berbasis Tradisi”
JAKARTA, KOMPAS — Laku kebiasaan yang berpegang pada nilai-nilai kearifan di sebuah desa, khususnya desa adat, telah mengakar setua umur atau sejarah desa tersebut. Untuk itu, sepanjang laku yang berpegang pada prinsip tradisi setempat itu terus dipraktikkan dan direvitalisasi, desa adat tidak akan pernah mati.
Demikian dikatakan akademisi dari Universitas Indonesia, Susanto Zuhdi, Selasa (21/6), mencermati banyaknya desa adat yang hingga sekarang masih hidup. Meski teknologi merangsek masuk ke desa-desa kecil, laku keseharian tetap dilakukan sesuai dengan adat dan tradisi setempat. Memang ada kekhawatiran tradisi di desa adat akan hilang dan tanda-tandanya sudah ada. Akan tetapi, banyak hal bisa dilakukan untuk terus merevitalisasinya.
”Desa sebagai komunitas terkecil dalam struktur masyarakat dengan ikatan kebersamaan dengan kegotongroyongan yang kuat. Laku kebiasaan itu sudah mengakar. Kisah-kisah tentang cultural hero atau tokoh penyelamat kehidupan, kemanusiaan, dan lingkungan, misalnya, dapat dihidupkan atau ditafsir ulang sebagai tokoh anutan lokal yang efektif,” kata Susanto.
Kajian tradisi lisan dan sejarah lokal menjadi sarana penting untuk mengungkap kekayaan budaya lokal yang tersimpan di desa adat. Penghidupan nilai lokal itu bisa melalui syair di Melayu, wawacan di Sunda, guritan di Lampung, tembang di Jawa, dan beragam media lain. Nilai kearifan lokal itu muncul dari sana.
Sebelumnya diberitakan, Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memberikan fasilitasi berbentuk bantuan langsung kepada 334 komunitas budaya dan 139 desa adat pada tahun ini (Kompas, 21/6).
PROGRAM PENTING
Inspektur Jenderal Kemdikbud Daryanto mengatakan, revitalisasi komunitas budaya dan desa adat merupakan program yang penting atau tidak main- main. Program itu bertujuan menjaga kekayaan negeri kita yang luar biasa Soal busana daerah saja Indonesia sangat kaya. ”Saya bangga karena masih banyak orang yang berani menggenggam adat budayanya sampai saat ini,” kata Daryanto dalam paparannya di depan sekitar 400 orang, mewakili komunitas budaya dan desa adat yang diberi bantuan, di Jakarta, Selasa.
Direktur Dukungan Komunitas Aliansi Masyarakat Adat Nusantara Annas Radin Syarif mengatakan, langkah Kemdikbud harus bersinergi dengan kementerian lain terkait wilayah dan lingkungan untuk desa-desa adat. Sebab, jika wilayah adat makin terdesak atau menyempit akibat industri atau sebab lain, budayanya akan hilang juga. ”Kalau wilayah hilang, mau tradisi dipertahankan kuat-kuat, sia-sia. Wilayah dan lingkungan hidup, pohon-pohon, misalnya, menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat adat,” katanya. (IVV)
Sumber: Sumber: Harian Kompas edisi 18 Juni 2016, halaman 11
URL: http://print.kompas.com/baca/2016/06/22/Giatkan-Revitalisasi-Berbasis-Direktorat Kepercayaan Dan Tradisi