Sumber: http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/dirjenbud-adakan-forum-khusus-bersama-generasi-muda/
Palu- Tanpa dimungkiri, perkembangan teknologi yang pesat menjadi salah satu pemicu minimnya kecintaan akan budaya dan nilai-nilai tradisi yang terkandung di masyarakat. Termasuk mulai menggerusnya minat generasi muda terhadap sejarah.
“Kita saat ini sedang berhadapan pada satu generasi yang mungkin ingatan mengenai sejarah sangat terbatas, pun dengan pengetahuan terhadap kebudayaan. Tantangan yang kita hadapi ini jauh lebih besar,” demikian disampaikan Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, di hadapan para raja, sultan, keraton, budayawan dan akademisi di acara Dialog Nasional bertajuk “Revitalisasi Nilai-nilai Budaya Bangsa Dalam Rangka Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia”, di Silae Convention Hall, Swissbel Hotel, Palu, Sulawesi Tengah.
Hilmar Farid mengibaratkan, kemajuan teknologi yang tak dimanfaatkan dengan baik dapat mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Dampaknya, banyak orang tua yang kemudian kesulitan mengajarkan anak berpaling dari hal-hal yang baru, sehingga terputuslah komunikasi antargenerasi. Ini termasuk diantaranya menanamkan pentingnya kesadaran melestarikan kebudayaan di tengah-tengah teknologi yang berkembang pesat.
Menghadapi situasi ini, Ditjenbud terus berupaya sama-sama merangkul para masyarakat adat, diantaranya meliputi raja, kesultanan dan keraton yang berperan sebagai penjuru di dalam masyarakat itu sendiri.
“Nah menghadapi situasi ini, memang ada pemikiran ulang bagaimana posisi dari masyarakat adat, kesultanan, kerajaan, keraton di dalam masyarakat. Mereka diibaratkan sebagai penjuru, yang punya peran cukup kompleks. ” lanjutnya.
Kedepannya, ia mengharapkan para masyarakat adat nantinya dapat secara lebih aktif mengadakan forum-forum khusus bersama generasi muda. Forum ini nantinya bertujuan untuk mengaktifkan kembali peran seluruh elemen masyarakat untuk menggemakan cinta budaya.
“Sehingga benar-benar dapat mewariskan nilai dan praktek yang ada selama ini dan menjadikannya sebagai dialog. Intinya adalah keinginan untuk melestarikan, bagaimana mencoba dengan perkembangan dunia yang menjadi lebih cepat,” harapnya.
Seperti diketahui, dialog nasional ini bagian dari rangkaian kegiatan Pekan Budaya Indonesia-Festival Pesona Palu Nomoni 2017. Sejak 25 September – 28 September 2017, dialog ini akan membahas tentang topik-topik nasionalis. Diantaranya Penguatan NKRI Melalui Bingkai Nilai Budaya; Penguatan Kebhinekaan Indonesia Melalui Revitalisasi Nilai Budaya dan Bangsa; Nilai Kepecayaan, Komunitas Adat dan Keraton. Dilanjutkan dengan sidang komisi yang ditinjau dari aspek pendidikan, aspek hukum dan aspek politik dan ekonomi.