Festival Gunung Slamet menampilkan rangkaian atraksi seni budaya dalam ragam bentuk yang menarik. Tahun 2016, Festival Gunung Slamet yang diselenggarakan adalah yang ke-2. Rangkaian acara dalam Festival Gunung Slamet 2016 yaitu Ritual Air Sikopyah, Pagelaran Wayang Kulit, Perang Tomat, Festival Ebeg (kuda kepang), parade band, lomba mewarnai siswa SD, Kirab Air Sikopyah serta pementasan music Jazz di atas Gunung Slamet. Melalui ragam kegiatan dalam Festival Gunung Slamet diharapkan dapat mendongkrak kunjungan wisatawan ke Purbalingga. FGS 2016 berlangsung selama 3 hari dari 13-15 Oktober 2016.
Festival Gunung Slamet disemarakkan oleh sembilan kabupaten yang ikut ambil bagian didalamnya yakni kabupaten Banjarnegara, Banyumas, Cilacap, Kebumen, Pemalang, Tegal, Pekalongan, Brebes serta Purbalingga.
Ritual Air Tuk Sikopyah
Festival Gunung Slamet diawali dengan pelaksanaan Ritual Air Tuk Sikopyah. Ritual tersebut ditandai dengan 777 warga yang membawa tempat air dari bambu yang disebut lodhong. Pengerahan 777 warga yang terdiri dari para ibu-ibu, remaja putri dan para pemuda tidak hanya dimaksudkan untuk mendapatkan penghargaan MURI sebagai rekor peserta dan lodhong terbanyak, tapi juga punya makna khusus. Dibalik itu, 777 yang dalam bahasa jawa pitungatus pitungpuluh pitu dimaksudkan agar mendapatkan Pitu..pitulungan atau pertolongan. Jadi, ritual ini sebagai bentuk permintaan pertolongan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar para pemimpin dan masyarakat Purbalingga diberikan kekuatan untuk membangun Purbalingga. Lebih lanjut lagi, ritual Air Sikopyah dimaksudkan agar masyarakat lereng Gunung Slamet makin menyadari pentingnya air bagi kehidupan. Melestarikan sumber air dan kehidupan adalah hal mutlak bagi kehuidupan penerus bangsa.
Warga dikerahkan untuk mengambil air dari sumber mata air Sikopyah. Prosesi pengambilan air diawali dengan berkumandangnya tembang Jawa Dhandang Gulo. Kemudian, para sesepuh desa setempat memimpin doa bersama di Masjid bersama 777 warga yang terdiri dari para ibu-ibu, remaja putri dan para pemuda.
Setelah doa bersama di masjid, perjalanan 777 warga menuju sumber mata air Si Kopyah dimulai. Jalan menuju sumber mata air Si Kopyah menanjak sekitar 2 kilometer. Lebih dari separuh jalan menuju mata air ditempuh dengan jalan setapak tanah. 777 warga berjalan melalui jalan setapak tanpa alas kaki serta mengunakan pakaian tradisional. 777 warga berjalan dengan diiringi oleh tabuhan rebana.
Sedangkan total jarak tempuh kirab dari masjid – mata air Tuk Sikopyah – Balai desa mencapai 5 km.
Prosesi pengambilan air itu memakan waktu sekitar 2 jam. Perjalanan 777 warga dilanjutkan dengan turun menuju balai desa. Di Balai desa, air tersebut disemayamkan selama dua malam hingga Sabtu (15/10/2016). Prosesi iringan 777 warga pembawa lodhong menuju balai desa diikuti ribuan warga lainnya yang membawa nasi penggel, yaitu nasi jagung atau nasi trigi. Nasi penggel dilengkapi dengan tiga jenis lauk dan sayur, seperti sayur oseng pepaya, tempe goreng, dan ikan asin. Selanjutnya, para warga makan nasi penggel tersebut bersama-sama.
Bupati Purbalingga, Tasdi, dalam kesempatan tersebut mengapreasi kegiatan Festival Gunung Slamet ke-II ini. “Saya berharap FGS tahun depan semakin meriah, dan saya akan membantu seragam bagi warga yang terlibat. Paling tidak baju dan kain jaritnya seragam, akan saya siapkan 1000 stel,” janji Tasdi.
Permainan Perang Tomat
Atraksi Perang Tomat berlangsung sangat seru. Perang tomat tidak saja diikuti oleh warga setempat, tetapi juga oleh para pelajar serta wisatawan. Dalam rangka mendukung kegiatan perang tomat, Sekolah-sekolah setempat juga mengirimkan para pelajar untuk mengikuti perang tomat.
Permainan perang tomat terbagi menjadi dua babak. Satu babak berlangsung hingga 5 menit. Setiap babak dimulai, masing-masing kelompok yang terdiri dari 15 orang dibekali amunisi sebanyak tiga kantong tomat.
Tidak hanya diramaikan oleh para warga, pelajar dan wisatawan, Bupati Purbalingga, Tasdi juga tak mau ketinggalan. Beliau ikut menyemarakkan perang tomat tersebut. Peserta lainnya juga tak segan untuk melempari Tasdi dengan tomat.
Beliau masuk ke kolam yang menjadi ajang laga perang tomat. Beliau turut membawa satu kantong berisi tomat serta melempar ke lawan mainnya yang berjarak sekitar 10 meter. Selang beberapa detik, Tasdi juga mendapatkan serangan balik dari lawan.
Kirab Sikopyah
Sabtu (15/10/2016) kirab 777 warga dengan lodhong serta kirab gunungan hasil bumi menuju ke ke kawasan wisata Rest Area Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga.
Setelah semua elemen kirab berkumpul di lapangan kawasan lembah Asri, gelaran wayang dilaksanakan di panggung.
Kemudian, para warga pembawa lodhong menuangkan Air Tuk Sikopyah ke dalam penampungan air. Setelah ditampung, para warga Purbalingga beserta wisatawan berduyun-duyun mengambil Air Sikopyah yang diyakini mampu membawa keberkahan, kesehatan serta meningkatkan derajat orang yang meminumnya.