Hutan Adat dalam Bingkai: Pelatihan pendokumentasian yang Menggabungkan Seni Visual dengan Kearifan Budaya Jambi

Salah satu subyek pelatihan dalam Training of Trainer Fasilitator Pendamping Wanabudaya

0
354

Sarolangun, 3 Juli 2024 – Dalam upaya memperkuat tehnik dokumentasi dan publikasi hasil temu kenali obyek pemajuan kebudayaan berbasis hutan adat, Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat (Dit. KMA), Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengadakan pelatihan fotografi dan videografi dalam rangkaian Training Of Trainer Fasilitator Pendamping Wanabudaya yang dilaksanakan sejak tanggal 1 hingga 6 Juli 2024 di Desa Temenggung, Kecamatan Limun, Kabupaten Sarolangun, Jambi.

Tujuan utama pelatihan ini adalah untuk mengajarkan para fasilitator keterampilan dasar fotografi dan videografi, dengan penekanan pada teknik pengambilan gambar yang dapat menangkap keindahan alam dan kekayaan budaya Hutan Adat Jambi. Pelatihan juga bertujuan untuk mengajarkan para fasilitator keterampilan editing foto dan video yang diperlukan untuk membuat narasi visual yang menarik dan informatif. Peserta pelatihan diberi kesempatan untuk mencatat berbagai aspek kehidupan masyarakat di kawasan hutan adat melalui kombinasi antara teori dan praktik langsung di lapangan. Ini mencakup keanekaragaman hayati serta tradisi budaya yang telah lama wariskan turun temurun oleh komunitas setempat.

Narasumber utama dalam pelatihan ini adalah Riko Mappedeceng, fotografer senior asal Jambi yang telah dikenal luas atas kemampuannya dalam mendokumentasikan keindahan alam dan kebudayaan lokal. Dalam sesi pelatihan, Riko Mappedeceng berbagi teknik-teknik fotografi dan videografi yang mendalam, serta memberikan wawasan tentang bagaimana menangkap momen-momen penting melalui lensa kamera. Riko Mappedeceng mengungkapkan, “Pelatihan ini bukan hanya tentang teknik fotografi, tetapi juga tentang bagaimana mengungkapkan keindahan dan kearifan budaya melalui seni visual. Saya berharap para peserta dapat mengaplikasikan keterampilan ini untuk memperlihatkan kekayaan budaya dan alam Jambi kepada dunia.”

Selama pelatihan pendokumentasian, peserta terlibat dalam berbagai tradisi serta aktivitas praktis di Hutan Adat Imbo Larangan Pematang Kulim dan Imbo Larangan Inum Sakti dan Kawasan Desa Temanggung yang mencakup pengetahuan tradisional penyembuhan dan kuliner lokal, pantang larang hutan adat, ritual daur hidup, pernikahan, olahraga dan permainan tradisional, serta kesenian lokal. Pendokumentasian  dilakukan disertai wawancara dengan sesepuh adat untuk menggali lebih dalam tentang nilai-nilai budaya dan tradisi yang ada di Desa Temenggung. Melalui kegiatan ini, peserta belajar untuk menangkap keindahan hutan adat dan tradisi budaya dalam foto dan video yang berkualitas, serta mengolah hasil dokumentasi menjadi narasi visual yang mendalam.

Riko Mappedeceng adalah narasumber utama dalam pelatihan ini. Dia adalah fotografer senior dari Jambi yang telah dikenal luas karena kemampuannya untuk mengabadikan keindahan alam dan kebudayaan lokal. Selama sesi pelatihan ini, Riko membagikan pengetahuan tentang teknik fotografi dan videografi serta memberikan wawasan tentang bagaimana mengoptimalkan penggunaan kamera untuk menangkap momen penting. “Pelatihan ini bukan hanya tentang teknik fotografi, tetapi juga tentang cara mengungkapkan keindahan dan kearifan budaya melalui seni visual. Saya berharap para peserta dapat mengaplikasikan keterampilan ini untuk memperlihatkan kekayaan budaya dan alam Jambi kepada dunia,” kata Riko Mappedeceng.

Julianus Limbeng, Ketua Tim Kerja Wanabudaya, menyatakan, “Pelatihan ini adalah langkah penting dalam membekali fasilitator dengan keterampilan praktis untuk mendokumentasikan dan menyebarluaskan hasil temuan mereka dalam pemajuan kebudayaan.” Untuk melestarikan dan mengkomunikasikan nilai-nilai kearifan lokal serta keindahan alam hutan adat kepada masyarakat luas, dokumentasi visual yang baik sangatlah penting.

Elwan Satria, salah satu peserta pelatihan, berbagi pengalamannya, “Pelatihan ini benar-benar membuka wawasan saya. Saya belajar tentang metode penggalian kebudayaan, teknik pengambilan foto dan video, serta pembuatan narasi yang efektif. Saya bertekad untuk menggali dan mendokumentasikan budaya-budaya yang selama ini belum terekspos atau telah lama terlupakan agar tidak hilang dari ingatan masyarakat,” ungkapnya dengan penuh semangat.

Setelah pelatihan ini, diharapkan para fasilitator dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam fotografi dan videografi serta menghasilkan dokumentasi visual yang tidak hanya informatif tetapi juga inspiratif yang akan mendukung upaya untuk memajukan kebudayaan berbasis hutan adat. Ini adalah bagian dari upaya Kemendikbudristek untuk melestarikan dan mengembangkan kebudayaan lokal melalui pendekatan kerja sama dan berbasis kearifan lokal.