Jakarta – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Tradisi, Direktorat Jenderal Kebudayaan menggelar Dialog Bersama Masyarakat Adat, di Museum Nasional Indonesia, Selasa (9/8).
Dialog Bersama Masyarakat Adat termasuk dalam rangkaian Kegiatan Pekan Masyarakat Adat Nusantara dalam rangka memperingati Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia (HIMAS). HIMAS diperingati setiap tanggal 9 Agustus. Sementara itu, Pekan Masyarakat Adat berlangsung dari 4-11 Agustus 2016. Rangkaian kegiatan Pekan Masyarakat Adat Nusantara terdiri dari konferensi pers, Car Free Day dengan Masyarakat Adat Nusantara, Seminar Nasional, Dialog bersama Masyarakat Adat, serta FGD bersama 11 Kementerian terkait masyarakat adat.
Kegiatan tersebut dihadiri oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid, Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Tradisi Sri Hartini, Kepala Museum Nasional Intan Mardiana, Perwakilan PBB, Staf Menteri Desa, Sekjen Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Abdon Nababan serta lebih dari 500 orang perwakilan komunitas adat seluruh Indonesia.
Dalam kesempatan tersebut, Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Tradisi Sri Hartini selaku Penanggungjawab kegiatan melaporkan bahwa Pekan Masyarakat Adat Nusantara merupakan kerjasama antara Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Beliau menekankan bahwa ini merupakan kali pertama AMAN bekerjasama dengan pemerintah. Direktur juga menyampaikan harapannya agar kedepannya, pemerintah dapat lebih melayani masyarakat adat utamanya dalam hal pendidikan.
Berikutnya Mendikbud Muhadjir menyatakan harapannya agar local genius serta kearifan lokal masyarakat adat menjadi bagian dari program pendidikan di Indonesia. “Kalau kita ingin membangun kepribadian bangsa Indonesia, kita harus kembali pada asset budaya bangsa yang bersumber pada adaptasi yang sudah mengakar ke dalam sanubari bangsa Indonesia.” Beliau juga menyampaikan bahwa pembentukan kepribadian yang kokoh menjadi salah satu komitmen Presiden Joko Widodo.
Lebih lanjut, Mendikbud menyampaikan “Porsi pengembangan kepribadian adalah 80% di tingkat SD, 60% di tingkat SMP, sementara selebihnya adalah imu pengetahuan. Jadi, memang perlu waktu tambahan di luar kelas agar pembelajaran tentang tradisi dapat dimasukkan ke dalam pembelajaran.”