Padang – Rangkaian Revitalisasi Pengetahuan dan Ekspresi Budaya Tradisional dengan tema “Warisan Budaya dan Kearifan Lokal Mentawai” dibuka oleh Walikota Padang yang dilaksanakan di Hotel Grand Inna Muara, Rabu (18/5).
Kegiatan Revitalisasi Pengetahuan dan Ekspresi Budaya Tradisional bertujuan untuk meningkatkan pemahaman serta apresiasi masyarakat Indonesia terhadap pengetahuan dan ekspresi budaya tradisional. Selanjutnya, tujuan jangka panjang dari kegiatan ini yaitu untuk melestarikan warisan budaya bangsa. Sementara itu, pemilihan tema “Warisan Budaya dan Kearifan Lokal Mentawai” bukan tanpa alasan, melainkan karena budaya Mentawai yang tersohor hingga ke luar negeri namun belum dikenal dengan baik di negeri sendiri.
Rangkaian kegiatan ini terdiri dari Sarasehan, Pameran, dan Dialog Interaktif. Dalam pembukaan sarasehan, Walikota Padang mengungkapkan dukungannya pada kegiatan sarasehan revitalisasi budaya yang punya nilai positif.
“Masing-masing suku bangsa memiliki budaya masing-masing. Itulah yang perlu dikenali dan diketahui. Ketika mengenal budaya suatu bangsa kita dapat paham dengan merek, kenal bagaimana cara bergaul dan berkomunikasi. Dalam Alquran juga dikatakan bahwa, Allah SWT menjadikan manusia bersuku dan berbangsa untuk saling mengenal.” ungkap Walikota
Selanjutnya, Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Tradisi, Sri Hartini mengungkapkan salah satu tujuan dari kegiatan sarasehan untuk dapat membantu penyelesaian masalah kebudayaan.
“Belum optimalnya pemahaman penghayatan dan pengamalan nilai-nilai budaya bangsa serta kearifan lokal yang ada di masing-masing daerah.” papar Sri Hartini terkait masalah kebudayaan yang hendak dijawab.
Sri Hartini juga menambahkan bahwa kunci penting dalam memperkenalkan pentingnya kebudayaan ada pada keluarga serta guru-guru. Oleh karena itu, peserta sarasehan hari ini utamanya adalah para Guru-guru.
Sarasehan ini menghadirkan berbagai pihak berwenang serta pakar budaya Sumatera Barat. Narasumber sarasehan diantaranya yaitu Peneliti Budaya Mentawai Bambang Rudito, Dekan FISIP Universitas Andalas Nursyirwan Effendi, Budayawan Sumbar Musra Dahrizal Katik, serta Budayawan Mentawai Jonas Salemurat. Selanjutnya, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sumatra Barat Syamsurizal serta Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, dan Pemuda Olahraga Kepulauan Mentawai Desti Seminora.
Dalam paparannya, Bambang Rudito menyebutkan bahwa Kebudayaan Mentawai itu kaya akan sistem pengetahuan yang mereka gunakan dalam berbagai aspek kehidupan dalam mengelola lingkungan, memenuhi kebutuhan dan bertahan dalam alam.
Selanjutnya, Nursyirwan menyampaikan bahwa dua budaya (Minangkabau dan Mentawai) merupakan dua budaya yang berbeda yang hidup berdampingan di Sumatera Barat. Kemudian untuk menyikapi perbedaan dua budaya tersebut, perlu untuk saling memahami. Hal tersebut juga berlaku dalam menyikapi muatan lokal yang sangat eksklusif tentang budaya Minangkabau. Jadi pemerintah perlu mengupayakan keselarasan sosial yang bukan secara kuantitatif, tapi secara kualitatif.
Kegiatan Revitalisasi Pengetahuan dan Ekspresi Budaya Tradisional juga diramaikan dengan spot khusus pameran yang memajang benda-benda khas Mentawai. Koleksi yang dipajang dalam pameran tersebut berasal dari koleksi Museum Adityawarwan.