Ceramah Ilmiah “Komunikasi Antar Budaya Contact Zone” Museum Nasional

0
1078

Jakarta, 20 Agustus 2014. Bertempat di Museum Nasional, Ceramah Ilmiah yang bertemakan “Komunikasi Antar Budaya Contact Zone: Memahami Interaksi Individu dengan Budaya Lain Melalui Museum Nasional” telah diadakan sebagai upaya pengembangan museum-museum di Indonesia. Peserta yang hadir merupakan para perwakilan dari museum pemerintah pusat seperti Museum Sumpah Pemuda, Galeri Nasional, dll; museum-museum pemerintah daerah seperti Museum Sejarah Jakarta, Museum Bahari, Museum Palu, dll; bahkan museum swasta seperti Museum Alkitab, dll.

Adapun acara ini dibuka oleh Direktur Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemdikbud, Prof. Kacung Marijan. Ia berharap agar pertemuan kali ini bukan saja ajang bersilaturahmi tetapi juga media pembelajaran untuk mengembangkan museum agar lebih maju lagi. “Saya percaya bahwa museum khususnya Museum Nasional akan menjadi contact zone di mana nantinya kita bisa berbincang-bincang, bertukar pikiran, dan berbelanja hal-hal kesenian di museum ini”, ujar Kacung. Ia juga menambahkan bahwa di Museum Nasional akan disediakan ruanagn teater agar dapat mengakomodasi kreatifitas-kreatifitas para pelajar khususnya dalam bidang teater agar mereka secara bergilir dan rutin dapat menampilkan karya mereka.

ceramah5

Acara kemudian dilanjutkan dengan ceramah ilmiah oleh Prof. Dr. Ing. Wardiman Djojonegoro selaku pengamat pendidikan dan kebudayaan, Dr. wagiono Sunarto. M.Sc, Rektor Institut Kesenian Jakarta, dan Ayu Dhiah Pasha sebagai moderator.

Prof. Wardiman menyampaikan agar museum dapat keluar dari paradigma yang terjadi sekarang yaitu, tempat yang kuno dan seram dan hanya sebagai tempat pengkoleksian hal-hal kuno, menjadi tempat yang dapat merangkul berbagai lini masyarakat, menarik, tetapi tetap memiliki nilai sejarah dan budaya yang semakin bertambah.

ceramah3

Dr. Wagiono menambahkan pula bahwa museum pun tidak harus berhenti sampai pada masa-masa perjuangan bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan saja tetapi terus berlanjut dan modern bahkan sifatnya pun bisa khusus. Pendirinya pun tidak perlu dari pemerintah tetapi bisa individual atau komunitas. Ia mencontohkan seperti Museum Robot di Tokyo, Museum Lego di Denmark, Museum AYAX di Amsterdam, dst.

ceramah2