Seiring datangnya bulan Puasa atau Ramadan 1439 Hijriyah, masyarakat yang hidup di Situs Sangiran menggelar tradisi takjilan di bulan Ramadhan. Tradisi ini salah satunya dilakukan di Masjid Al Fatah yang beralamat di Ngampon, Krikilan, Kalijambe, Sragen yang letaknya tak jauh dari Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan.
Tradisi ini sudah dilakukan selama bertahun-tahun yang diperuntukkan untuk anak-anak TPA (Taman Pendidikan Al Qur’an) untuk memperkuat karakter anak dan juga untuk memberi bimbingan ibadah khususnya ibadah puasa di bulan Ramadan. Takjil itu dikelola oleh takmir masjid dan disediakan oleh para jamaah Masjid Al Fatah secara sukarela sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama. Apalagi dalam ajaran agama Islam dianjurkan untuk memberi buka puasa secara iklas kepada orang yang berpuasa, karena akan mendapatkan ganjaran yang sama seperti orang yang berpuasa itu. Atas dasar itulah akhirnya takjil diberikan selama bulan puasa dan dipusatkan di masjid, surau, musholla, atau langgar.
“Acara Takjilan ini sudah menjadi rutinitas di Masjid Al Fatah, yang ikut dalam acara ini adalah anak TPA yang sebelumnya mengaji dan diberi pengetahuan tentang ibadah terutama ibadah puasa di bulan Ramadan. Takjil berupa berbagai makanan ringan dan minum teh hangat yang membuat segar kembali saat berbuka puasa”, ungkap Yani salah satu Humas Masjid Al Fatah.
Di Masjid Al Fatah, acara takjilan ini diadakan 4 kali dalam seminggu dengan mengajarkan anak-anak untuk lebih memiliki pemahaman tentang agama. “Diagendakan 4 kali dalam seminggu, yaitu setiap hari Selasa, Kamis, Sabtu dan Minggu” seru Yani.
Acara Takjilan yang sudah menjadi tradisi ditengah-tengah masyarakat ini membawa kehangatan sosial bagi masyarakat. Memberikan kebahagiaan dan kebersamaan bagi anak yang mengikuti takjilan, walau dengan menu ala kadarnya tetapi mampu membuat anak-anak berkumpul, mendapat pengetahuan agama, mendapat kebersamaan, yang pada akhirnya diharapkan mampu memberi penguatan karakter.
Tradisi Takjilan yang menghiasi kehidupan masyarakat yang tinggal dan menghidupi Situs Sangiran di setiap bulan Ramadan, merupakan suatu tradisi yang mengangkat semangat kebersamaan dalam sentuhan Islam. Mengajarkan kebersamaan dan bersatunya masyarakat untuk meraih pahala sesuai ajaran Islam.
Tradisi ini sudah banyak diberbagai masjid di lingkungan masyarakat dan suasana itu tertangkap di Situs Sangiran. Sebuah tradisi Ramadan yang memperkuat masyarakat dan diharap mampu menjaga kelestarian Situs Sangiran sekaligus memperkaya tradisi yang ada di situs ini. (Wiwit Hermanto)