Pelatihan Teknis Revolusi Mental untuk Pelayanan Publik Angkatan IV dilaksanakan sejak tanggal 13-19 September 2021 di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Daerah Istimewa Yogyakarta (LPMP DIY). Pelatihan ini dilaksanakan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Pusdiklat Kemendikbudristek) dengan peserta dari berbagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kemendikbudristek di DIY dan Jawa Tengah.
Selain Pelatihan Teknis Revolusi Mental untuk Pelayanan Publik, diadakan juga Pelatihan Teknis Revolusi Mental berbasis Pancasila Angkatan IV dan Pelatihan Teknis Pengembangan Diri Pegawai Angakatan V. Ketiga pelatihan ini diadakan secara bersamaan dengan mengikuti protokol kesehatan yang ketat.
Dalam laporan pembukaan, Ganefo Ginting selaku Kapokja Pelatihan Pusdiklat Kemendikbud melaporkan bahwa pelatihan bertujuan untuk meningkatkan kapasitas, cara pandang dan cara pikir yang cepat sehingga memiliki revolusi mental dan mampu mengikuti perubahan yang terjadi.
Peserta diharapkan dapat meningkatkan kapasitas dan mengaplikasikan ilmu yang didapat sehingga mampu memberikan pelayanan yang baik pada masyarakat dan mampu mengikuti perubahan. Segala perubahan mampu menjadi titik tolak untuk maju dan memberi kontribusi dalam kemajuan.
Kepala Pusdiklat Kemendikbud, Amurwani Dwi Lestariningsih, S.Sos., M.Hum. dalam sambutannya memaparkan bahwa pelatihan yang diselenggarakan di LPMP DIY ini dilakukan secara luring dengan menjaga protokol kesehatan. Ini merupakan bagian untuk mengarah ke pembelajaran tatap muka sehingga peserta dapat berinteraksi langsung dengan fasilitator pada pembelajaran.
Hal ini menjadi tuntutan dalam menggerakkan Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam perubahan dalam masyarakat. Kata Amurwani, “Sebagai sosok ASN kita jadi tokoh teladan di tengah masyarakat”. Selanjutnya dia juga menegaskan bahwa sebagai teladan menjadikan ASN harus terus meningkatkan kapasitas dirinya dalam memberi layanan pada masyarakat. Perubahan pola pikir ASN sebagai pelayan masyarakat terus digenjot melalui berbagai cara, salah satunya melalui Pendidikan dan pelatihan.
“Saat ini kita melakukan reformasi birokrasi, salah satunya adalah reformasi birokrasi bidang SDM yang sudah dimulai pada tahun 2010 dengan pencanangan pada reformasi birokrasi good government”, lanjutnya.
Dengan menginternalisasikan pada ASN untuk merubah pola pikir dan budaya kerja yang pada mulanya masih berpikir dengan sistem kolonial. Sistem kolonial hanya mempekerjakan ASN sebagai seorang klerk, sebagai tukang yang hanya disuruh menghitung dan mengetik tanpa wawasan yg luas. Dengan cara memberi peningkatan kapasitas, diharap akan mampu merubah pola pikir dan budaya kerja ASN. (Wiwit Hermanto)