Penelitian Davidson Black

0
1645

Saat ditugaskan mengajar di Peking Union Medical College, Tiongkok, Davidson Black optimis akan melakukan penelitian manusia purba di Asia. Awalnya ia mendapat tentangan dari institusi tempatnya bekerja, tapi Black tak surut langkah.

Tahun 1926, menjadi titik tolak penelitiannya. Ia mempelajari dua gigi homonid temuan Otto Zdansky dari situs Zhoukoudian. Black menulis hasil kajiannya, kemudian mengirimnya ke Jurnal Nature dan mengumumkan fosil gigi itu  sebagai Homo pekinensis. Bersama dengan J. Gunnar Andersson, dia melakukan konferensi ilmiah tentang temuan gigi Homo pekinensis. Konferensi ini, salah satunya, bertujuan unutuk mencari dana riset penggalian bagi Black. Hadir dalam konferensi itu antara lain Pierre Teilhard de Cardin dan Weng Wen hao (Kepala the Geoligical Society of China), yang nanti akan menjadi bagian dari tim Black.

Publikasi Black di Nature dan konferensi ilmiah tersebut kemudian menarik perhatian dunia. Yayasan Rocketeller, yang menaungi institusinyapun setuju mendanai riset Black. Tahun 1927, Bigger Bohlin, ahli paleontology Swedia menemukan fosil gigi tunggal hominid dalam ekskavasi perdana tim Black di Zhougoudian. Dari bukti yang terbatas itu, Black dengan berani menamai fosil itu Sinanthropus pekinensis, sebuah spesies baru, dan mempublikasikannya di Paleontologi Sinica. Langkah Black dipandang terburu-buru oleh kalangan publik ilmiah kala itu. Black diragukan karena bukti yang ia sodorkan sangat minim.

Di tengah keraguan banyak kalangan, penggalian Black terus berlangsung. Pada 1928, fragmen tengkorak pertama Manusia Peking akhirnya ditemukan. Keraguan itu terjawab. Di masa selanjutnya, pada 1929, ia kembali menemukan Skull III dan Skul II. Penemuan alat batu dan bukti-bukti penggunaan api dari Zhoukoudian pada tahun 1931 semakin melajukan langkah Black. Puncaknya adalah temuan tulang rahang yang terawat dengan baik dari Sinanthropus pekinensis. Saat berkesempatan ke Eropa, Balck menyajikan bukti-bukti baru temuannya itu di kalangan ilmuwan Eropa. Alhasil, dia memperoleh apresiasi sangat tinggi dari the Royal Society, di than 1932.

Sayang, pria yang dikenal ramah ini wafat saat sedang berada di puncak karir. Sepeninggal Black, kerja penelitian dilanjutkan oleh Franz Weidenreich.

Sumber: Museum Manusia Purba Klaster Ngebung