Narasi Sangiran (Bagian 2)

0
1022

Fosil-fosil fauna dapat menjadi indikator perubahan lingkungan Sangiran dan sekaligus menjadi bukti kekayaan hayati Sangiran untuk mendukung kehidupan semua mahkluk.

Maka tidak heran Homo erectus di Jawa bertahan hingga lebih dari 1 juta tahun sebelum akhirnya mereka pun punah. Dikenal 3 tipe Homo erectus, yaitu arkaik, tipik, dan progresif. Mereka hidup dalam kurun waktu yang berbeda dan menunjukkan perkembangan evolutif terutama pada kapasitas tengkorak.

Tipe arkaik hidup antara 1,5 juta tahun yang lalu hingga 900.000 tahun yang lalu, dengan kapasitas tengkorak kurang lebih 900 cc. Tipe tipik hidup pada masa keemasan Sangiran sekitar 720.000 hingga 250.000 tahun yang lalu. Dengan ciri fisik yang lebih maju, tipe ini memiliki kapasitas tengkorak 1.000 cc. Tipe progreasif adalah tipe Homo erectus yang paling modern dengan kapasitas tengkorak sekitar 1.100 cc. Perubahan lingkungan di Sangiran menyebabkan tipe ini hidup dan berkembang di luar Sangiran. Mereka ditemukan di sepanjang aliran Bengawan Solo, di Blora, Sragen, dan Ngawi.

Alam telah membentuk kehidupan di Sangiran sejak 2 juta yang lalu. Alam pun menyimpan rekaman kehidupan tersebut dengan baik pada setiap lapisan tanah purbanya. Dan karena proses alam pula kita sekarang dapat mempelajari kehidupan masa lalu untuk membangun masa depan yang lebih baik.

Temuan fosil manusia, artefak, fosil fauna, di Situs Sangiran berkaitan erat secara kontekstual dengan perlapisan tanah yang meyimpan temuan-temuan tersebut. Tidak hanya menjadi sedimen geologi semata, lapisan tanah yang diendapkan dari Kala Pliosen Atas hingga Pleistosen Tengah tersebut dapat menggambar perubahan evolusi manusia, budaya, lingkungan, dan fauna sejak 2,4 juta tahun silam. Evolusi manusia dapat kita lihat dari temuan fosil-fosil Homo erctus  berusia antara 1,5 juta tahun yang lalu hingga sekitar 300.000 tahun yang lalu. Sementara data tinggalan arkeologi berupa alat-alat batu ditemukan pada usia sekitar 1,2 juta tahun. Potensi yang terkandung di Situs Sangiran inilah yang kemudian menjadikan Situs Sangiran memiliki nilai penting sebagai salah satu situs kunci untuk pemahaman evolusi manusia. Potensi luar biasa ini pula yang menjadikan Situs Sangiran ditetapkan menjadi Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1996.