Merawat Koleksi Museum Melalui Monitoring Rutin

0
218

Setiap hari Senin Museum Manusia Purba Sangiran tutup guna pemeliharaan koleksi serta sarana pendukungnya. Penutupan museum di hari senin ini sejalan dengan pengelolaan museum yang baik, dimana secara berkala, koleksi dan sarana pendukungnya harus dipelihara. Hal ini merupakan bagian dari menjaga pelayanan bagi pengunjung. Selain itu, agar koleksi yang dipamerkan dapat terjaga kelestariannya.

Koleksi yang dipamerkan di monitoring sehingga menjaga “kondisi” koleksi. Koleksi yang berdebu dapat dibersihkan, pengecekan kelembapan ruang maupun vitrin, penggantian silica gel, jika ada kerapuhan, keretakan atau kerusakan koleksi, dapat segera dilakukan
pemeliharaan lebih lanjut. Sarana pendukung tentu merupakan hal yang sangat penting dan pada hari senin inilah dilakukan inspeksi.

Menjaga kondisi koleksi dalam kondisi baik menjadi salah satu hal yang menjadi perhatian dalam monitoring. Pada monitoring yang dilakukan pada hari Senin, 6 Maret 2023, ditemukan kerusakan ringan pada koleksi dan sarana pendukungnya. Koleksi tersebut ialah fosil kuda sungai purba atau dalam bahasa latin disebut sebagai Hippopotamus sp.

Menindaklanjuti kerusakan ringan tersebut, dilakukan konservasi ringan terhadap koleksi fosil rahang bawah kuda sungai purba (Mandibula Hippopotamus sp.). Hal ini bertujuan guna menjaga koleksi dari kerusakan lebih lanjut, selain itu guna tetap memberi informasi kepada pengunjung. Koleksi kuda sungai purba ini memberikan berbagai informasi tentang kehidupan mereka saat hidup dan juga gambaran lingkungannya.

Kuda Sungai purba yang menjadi salah satu koleksi Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan menggambarkan hewan yang banyak berendam di air atau lumpur. Menggambarkan kondisi saat Sangiran menjadi rawa, kuda sungai purba memiliki lapisan kulit yang tipis dengan sedikit kelenjar minyak dan keringat sehingga rentan terhadap dehidrasi oleh sebab itu, pada siang hari Kuda Sungai banyak berendam di air atau lumpur untuk menjaga suhu tubuhnya. Pada malam hari mereka baru beraktifitas.

Berat badan kuda sungai purba bisa mencapai 3 ton tapi masih dapat berlari hingga 30 km/jam, lebih cepat dari kecepatan lari manusia pada umumnya. Mereka mengenal daerah teritorial namun hanya di air, ketika sudah di darat mereka tidak berkelompok dan tidak memiliki daerah teritorial. Kuda sungai purba berusia 1,2 juta tahun, ketika itu Sangiran masih berada dalam lingkungan rawa. (Wiwit Hermanto)