Kata pengantar (Jurnal Sangiran 7 Tahun 2018)

0
531

Penulisan sejarah masa lalu untuk merekonstruksi kehidupan Kala Plestosen
di Sangiran terus dilakukan. Metode dan pendekatan berbagai disiplin ilmu terus
dikembangkan untuk memperoleh gambarana secara menyeluruh mengenai
kehidupan masa lalu di Sangiran ketika kehidupan hadir di tanah Jawa ini. Seiring
dengan penemuan-penemuan spektakuler baik dalam kegiatan penelitian maupun
penemuan oleh masyakarat, nilai penting Situs Sangiran semakin diperhitungkan
dalam diskusi ilmu pengetahuan.
Rekonstruksi lingkungan sebagai aspek ekologis Kala Plestosen diungkapkan
dalam kajian di Situs Sangiran dan Situs Banjarejo melalui pendekatan geoarkeologi
pada Formasi Kabuh dan pendekatan stratigrafi tanah pada lapisan pengendap temuan
gajah purba. Kajian lingkungan serupa juga digunakan untuk mengidentifikasi
bentuk morfologis batuan andesit yang mengalami pelapukan membola dikaitkan
dengan morfologi bola batu dari Situs Sangiran.
Penelitian terhadap keterkaitan antara herbivora besar dengan kehidupan manusia
pada Kala Plestosen Tengah dapat diketahuai dari jejak-jejak aktivitas pada temuan
fosil tulang fauna banteng purba di Situs Aucheulean, Perancis. Penelitian yang telah
dilakukan bertujuan untuk mengetahui aktivitas manusia terhadap herbivora besar
dengan menggunakan pendekatan arkeozoologi. Berbagai analisi yang dilakukan
dapat menggambarkan aspek-aspek kehidupan manusia masa lalu terkait dengan
lingkungan (fauna).
Hasil dari penyelamatan temuan tidak lagi terbatas pada penyelamatan fosil,
melainkan juga penyelamatan data konteks lainnya dengan melakukan kajian yang
menarik lebih lanjut. Kajian terhadap temuan fosil-fosil oleh masyarakat sebagai
bagian dari fauna Sangiran menunjukkan korelasi antara penghunian fauna dengan
konteks arkeologi penghunian manusia purba pada Kabuh Bawah atau Kala Plestosen
Tengah.
Perbandingan metode dan konservasi terhadap temuan lapangan dari dua situs
berbeda di Sangiran dan Kalinga (Filipina) merupakan hasil pertukaran pengetahuan
metode konservasi dari negara lain. Informasi ini dapat diimplementasikan untuk
pengembangan metode dan teknik konservasi yang efektif dan efisien. Selain itu,
dilakukan penelitian bahan-bahan alternatif konsolidan untuk temuan fosil di Situs
Sangiran yang dapat mempertahankan warna fosil dan kekedapan terhadap air.
Pemanfaatan Sumberdaya Cagar Budaya di situs-situs Kala Plestosen menuntut
pengelolaan yang tidak mudah. Internalisasi untuk peningkatan pemahaman
masyarakat sekaligus mengajak masyarakat untuk melestarikan Cagar Budaya
dilakukan di semua lini, dari tradisi hingga wilayah pendidikan. Penguatan nilai
tradisonal yang telah ada seperti Mitos Balung Buto dan berbagai aktifitas kearifan
lokal masyarakat ditumbuhkan kembali dan dikembangkan untuk peningkatan
pemahaman masyarakat. Literasi nilai penting juga dilakukan dengan cara sosialisasi
kepada pelaku dan pendidik teruatama di bisang mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial. Masih banyak yang perlu dilakukan, namun upaya ini telah membuka
wawasan masyarakat tentang nilai penting Situs Sangiran.
Semua upaya yang dilakukan adalah untuk meningkatkan nilai penting Situs
Sangiran dan meningkatkan pemahaman masyarkat agar pelestarian Situs Sangiran
dan situs-situs sejenisnya menjadi upaya bersama seluruh masyarakat. Semoga
Jurnal Sangiran ini dapat memberi pencerahan bagi kita bersama, sekaligus memacu
kita untuk mengembangkan ilmu pengetahun Cagar Budaya di sekitar kita.

Redaksi