Jeda sekolah antara tanggal 25-27 September 2018, Museum Manusia Purba Sangiran dibanjiri kunjungan oleh belasan ribu pengunjung. Lima Museum Manusia Purba Sangiran dikunjungi pengunjung yang sebagian besar merupakan anak sekolah.
“Kami dari SD yang ada di Sragen Kota. Jeda sekolah kami manfaatkan untuk berkunjung kemari, ini sebagai bagian dari pembelajaran luar sekolah”, tutur salah seorang guru yang mendampingi siswanya.
Memanfaatkan jeda sekolah untuk menyaksikan kebesaran Sangiran merupakan suatu dampak positif bagi siswa. “Jeda sekolah ini kami manfaatkan untuk mengajak siswa kami ke Sangiran, disini kami mendapat pengetahuan dan rekreasi bagi siswa”, ungkap seorang guru SD Sibela Timur.
Di museum, pengunjung yang sebagian besar anak sekolah dapat memberikan pengetahuan tentang kehidupan masa lalu manusia purba di Sangiran. Hal ini diakui oleh dunia melalui UNESCO menjadikan Situs Sangiran sebagai Warisan Budaya Dunia. Itu artinya, menjadikan Situs Sangiran bukan saja menjadi milik bangsa Indonesia tetapi juga menjadikan Situs Sangiran sebagai milik dunia.
Melalui pengakuan sebagai Warisan Budaya Dunia, menjadikan Sangiran kebanggaan bangsa dan perlu diketahui para siswa sebagai penguat karakter dan kebanggaan.
Sebagai obyek wisata, Museum Sangiran mampu memberi kelebihan sebagai tempat yang memberi hiburan. Dengan alam di tengah pedesaan dan juga suasana khas Sangiran, mampu mengajak pengunjung bercengkrama dengan alam pedesaan.
Pengetahuan dengan suasana santai yang menjadi obyek wisata menarik, mampu membawa nuansa khusus bagi pengunjung. Nuansa itu dirasakan oleh pengunjung yang memanfaatkan jeda sekolah ini. (Wiwit Hermanto)