Ikat Kepala Sangiran Sebagai Salah Satu Ciri Khas Pariwisata

0
1167

Masyarakat Desa Krikilan, Kalijambe, Sragen, Jawa Tengah terus berusaha untuk berbenah dan mengembangkan potensi yang mereka miliki. Salah satu potensi yang mereka miliki itu adalah membuat Ikat Kepala Khas Sangiran.
Ikat Kepala Sangiran ini sudah mulai terlupakan oleh generasi muda. Sudah jarang yang menggunakannya, hal ini karena ciri khas ini tidak terwariskan dari generasi tua ke generasi muda.
“Maka dari itu perlu dilestarikan, mas”, tutur Aris Rustioko selaku Sekertaris Desa dan juga Pengelola Punden Tingkir.
Ini perlu diperhatikan, dirawat, dan dilestarikan sebagai bagian dari warisan budaya dan juga sebagai tambahan atraksi wisata.
“Ini nanti kita akan launching, ikat ciri khas Sangiran yang akan kita pakai di Pasar Budaya”, jelas Aris
Pada bulan November, dengan mengambil lokasi di punden Tingkir, akan dihelat Pasar Budaya yang menjajakan berbagai produk-produk tradisional yang diproduksi masyarakat sekitar. Tujuan dari kegiatan ini adalah guna memperkenalkan produk tradisional hasil dari masyarakat sekitar dan juga memperkenalkan Punden Tingkir sebagai wisata alternatif pada masyarakat.
Menghadapi Pasar Budaya, Ikat Kepala Sangiran ini mulai diperkenalkan kembali pada masyarakat. “Rencana kita akan buat Ikat Kepala Khas Sangiran dan itu nanti akan dipakai masyarakat sini mulai dari perangkat desa, pelaku pariwisata dan masyarakat Krikilan”, jelas Aris.
Ciri khas ini dapat menjadi salah satu modal dalam menyapa pengunjung. Dalam pariwisata, ciri khas suatu daerah merupakan salah satu modal penting. Untuk itu perlu pembiasaan pemakaian pada masyarakat.
“Jadi sebelum ada Pasar Budaya masyarakat sudah terbiasa memakainya”, kata Aris.
Kegiatan Pasar Budaya yang digagas masyarakat Desa Krikilan ini bergantung dengan kondisi pandemi yang berlangsung ini. Masyarakat berharap pandemi segera berakhir dan mereka bergegas untuk menyongsong pariwisata berbasis masyarakat lokal yang digagas dan digaungkan. Sebuah mimpi yang tertancap dalam hati mereka, memperkenalkan potensi diri sebagai aset wisata sekaligus memperkenalkan dan mewariskan budaya masa lalu pada generasi yang akan datang. (Wiwit Hermanto)