Pasca kegiatan Fasilitasi Cagar Budaya yang digawangi oleh BPSMP Sangiran, masyarakat Desa Krikilan, Kalijambe, Sragen, Jawa Tengah terus berbenah. Masyarakat terus berusaha mengidentifikasi potensi yang mereka miliki guna menambah atraksi wisata yang dapat ditampilkan pada pengunjung di masa mendatang.
Kegiatan ke depan yang akan mereka laksanakan adalah Pasar Budaya. Pasar Budaya rencananya diadakan selama 3 hari dengan mengambil lokasi di Punden Tingkir. Lokasi ini tidak jauh dari Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan dan dimaksudkan memperkenalkan Punder Tingkir pada masyarakat.
“Rencana diadakan bulan November, dengan catatan jika sudah tidak ada covid”, jelas Aris Rustioko selaku Pengelola Punden Tingkir yang juga Sekertaris Desa Krikilan.
Dalam kegiatan Pasar Budaya yang akan dilakukan November ini, diharap mampu menampung produk lokal yang dihasilkan masyarakat. Masyarakat dapat menikmati suasana tradisional yang sudah mulai luntur di tengah masyarakat.
Dalam Pasar Budaya nanti akan diperkenalkan berbagai produk lokal yg dikemas tradisional”, tambah Aris.
Dalam perencanaan hal tersebut, masyarakat diajak terus berbenah dan bergerak melakukan berbagai persiapan. Keterlibatan segenap masyarakat sangat diharapkan sesuai dengan potensinya masing-masing. “Persiapan baru sebatas sarasehan, pemetaan dan identifikasi serta dokumentasi produk-produk lokal”, pungkas Aris.
Kegiatan di masyarakat perlu terus didorong ke arah yang positif. Dengan melakukan berbagai aktifitas budaya yang mendukung pelestarian Cagar Budaya akan menambah warna bagi Situs Sangiran selain juga memberi alternatif wisata edukasi bagi pengunjung.
Mulai bergeraknya masyarakat dalam menggali potensi yang kemudian menyajikan potensinya pada pengunjung akan memberi langkah positif bagi pengembangan budaya lokal. Pengembangan budaya lokal akan seiring sejalan dengan pelestarian Situs Sangiran yang kesemuanya merupakan tinggalan masa lalu. Tinggalan masa lalu yang merupakan titipan anak cucu kita, pilihannya sekarang adalah kita akan lestarikan dengan bijaksana atau kita lupakan sehingga warisan masa lalu itu tidak terwariskan. (Wiwit Hermanto)