Apakah sudah pernah ke Sangiran sebelumnya?
Sudah tahu apa saja yang ada di Sangiran?
Dua pertanyaan itu mengawali kunjungan SDN Nglempong Sleman Yogyakarta ke Museum Manusia Purba Klaster Krikilan di hari Selasa, 4 Oktober 2017. Pertanyaan itu dijawab antusias oleh siswa-siswi SDN Nglempong yang saat itu sudah berada di ruang T. Jacob untuk mendengarkan presentasi yang akan disampaikan oleh Iwan Setiawan Bimas, S.S. selaku Kasi Pemanfaatan BPSMP Sangiran.
Rombongan ini berjumlah 117 peserta dengan 93 siswa yang merupakan siswa kelas 5 dan 6 dengan 24 guru pendamping. Kunjungan diawali dengan presentasi yang kemudian dilanjutkan dengan diskusi serta tanya jawab dan menyaksikan film tentang Sangiran.
Dalam presentasi, Iwan memberikan pertanyaan ringan pada rombongan dan mendapat jawaban yang sangat antusias. Jawaban dari pertanyaan pertama, banyak yang menjawab belum pernah ke Sangiran dan hanya beberapa yang sudah mengunjungi. Untuk pertanyaan kedua, siswa yang sudah pernah ke Sangiran menjawab bahwa melihat Mammoth, manusia purba, patung manusia, dan berbagai jawaban lain yang sungguh cerdas bagi anak seusia itu.
Iwan memulai presentasinya dengan memberi penjelasan kehidupan masa lalu di Sangiran, terdapat manusia purba dengan binatang-binatang purba yang besar serta tumbuhan dengan lingkungan yang berubah-ubah. “Di Sangiran banyak terdapat hewan seperti gajah bukan mammoth karena mammoth hanya ada di daerah dingin, jenis gajah ini lebih besar dibanding gajah yang sekarang, selain itu ada kuda sungai, rusa, kerbau, banteng dan masih banyak hewan lainnya”, jelasnya dengan sabar.
Setelah mengikuti presentasi yang dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab, rombongan disuguhi film tentang Sangiran. Penjelasan yang sudah diberikan melalui presentasi dilengkapi pemutaran film singkat menambah pengetahuan rombongan tentang Sangiran. Berkeliling ruang pamer menjadi pelengkap semua pengetahuan yang didapatkan sebelumnya. Pengetahuan berharga bagi generasi penerus menjadi sangat penting bagi penguatan karakter, mengetahui kemudian mencintai warisan budaya yang membanggakan. (Wiwit Hermanto)