Bekerjasama dengan Balai Arkeologi Yogyakarta, Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan Timor Leste mengadakan studi banding ke Museum Manusia Purba Sangiran. Studi Banding dimaksudkan untuk meningkatkan sumber daya manusia pengampu kebudayaan. Melalui wawancara dengan Irene Gonzalez peserta studi banding yang merupakan staf Departemen Arkeologi dan Gil Paulino sebagai Kepala Departemen Arkeologi dan Etnografi yang berada di bawah naungan Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan, diketahui bahwa Timor Leste masih perlu untuk menimba pengetahuan dalam pengelolaan warisan budayanya.
Setelah tahun lalu mengadakan kerjasama segi pendidikan dengan Universitas Gadjah Mada berupa pelatihan cultural mapping dan ekskavasi, untuk tahun 2016, pemerintah Timor Leste mengadakan kerjasama dengan lembaga pemerintahan Indonesia. Studi banding tahun ini memiliki tema evolusi, sehingga Balai Arkeologi Yogyakarta menjadi lembaga yang ditunjuk untuk memberikan pendampingan. Tahun lalu, mereka juga mengadakan kunjungan ke Situs Liyangan.
Selama ini Timor Leste bekerjasama dengan negara lain seperti Australia, Portugal, Perancis dalam penelitian dan analisa temuan, seperti artefak, nekara, keramik. Potensi yang besar yang dimiliki negara ini belum dimaksimalkan pengelolaannya karena masih adanya anggapan budaya penting tetapi belum menjadi prioritas. Selama ini untuk koleksi arkeologi belum dipublikasikan, tetapi mereka mengikuti pameran hingga ke Milan Expo, rencananya bulan September juga akan mengikuti pameran di Surabaya dengan menampilkan koleksi benda tinggalan masyarakat berupa daun pintu, patung kayu ukir, struktur rumah, musik, dan tarian tradisional. Kesan yang didapat delegasi ini setelah mengunjungi Museum Sangiran, BPSMP Sangiran sudah melakukan pengelolaan yang luar biasa karena sudah menampilkan pengetahuan komprehensif tentang warisan dunia yang dimilikinya dan mampu dipahami pengunjung. (Duwiningsih)
