Situs Sangiran memiliki luas 59,21 km2 dikenal sebagai salah satu situs prasejarah yang telah ditetapkan sebagai Warisan Dunia Budaya oleh Unesco. Pengakuan tersebut karena Situs Sangiran memiliki keistimewaan bagi ilmu pengetahuan, dengan temuan sisa-sisa manusia purba, fosil binatang purba, tinggalan budaya manusia purba, dan lapisan tanah yang mampu mengisahkan lingkungan Sangiran lebih dari 2 juta tahun yang lalu.
Situs ini didiami kurang lebih 100 ribu jiwa dengan budaya tradisional yang masih dipegang teguh oleh masyarakatnya. Salah satu budaya yang berkembang di masyarakat adalah tari purba yang mengambil inspirasi dari kehidupan purba di Sangiran. Tari ini mengetengahkan sebuah kisah manusia purba yang pada awalnya berebut makan untuk melanjutkan hidup. Lama kelamaan mereka sadar bahwa berebut makanan itu tidak baik dan tidak menguntungkan bagi mereka. Selanjutnya mereka memutuskan untuk hidup berkelompok, tolong menolong, dan berusaha memecahkan masalah secara bersama-sama.
Gambaran kisah hidup manusia purba tersebut di gambarkan dalam gerak tari dan musik yang dihasilkan dari bahan-bahan sederhana yang mudah didapatkan. Kelompok ini beranggotakan 20 orang yang merupakan masyarakat Desa Dayu, Gondangrejo, Karanganyar. Semua anggota kelompok ini hidup di tengah-tengah Situs Sangiran dan berusaha untuk memberikan warna baru dalam kehidupan budaya di Situs Sangiran.
“Kelompok tari purba ini menjadi salah satu kelompok seni yang pernah kami beri fasilitasi yang bertujuan meningkatkan kemampuan dan wawasan mereka”, jelas Iwan Setiawan Bimas, S.S. selaku Kasi Pemanfaatan BPSMP Sangiran.
Dengan fasilitasi yang diberikan diharap mereka mampu memberi tampilan yang meningkat pada penonton. Triyanto yang merupakan salah satu penari kelompok tari purba mengungkapkan bahwa awal turut dalam kesenian ini pada tahun 2017. “Saya ikut dan tertarik dengan tari purba karena saya senang dengan seni”, ujarnya.
Dengan dasar suka seni itu, Triyanto berusaha untuk terus berkarya dalam kelompok tari purba. Tawaran tampil di beberapa kesempatan telah dilakukan kelompok ini dengan didahului dengan diskusi dalam rapat yang mereka adakan guna membuat keputusan. “Ketua terlebih dahulu mengajak para anggota untuk berkumpul dan mengadakan rapat, lalu rapat dengan anggota ini untuk memutuskan menerima atau menolak job, jadi ini merupakan keputusan bersama”, jelas Triyanto.
Upaya yang dilakukan Triyanto dkk ini merupakan bagian dari melestarikan tinggalan masa lalu, sebuah tinggalan yang dititipkanNya di Sangiran. Titipan itu kemudian dimanfaatkan oleh kelompom tari purba guna mengekspresikan diri dan juga melestarikan tinggalan masa lalu. (Wiwit Hermanto)