Tradisi Lisan Pabisan Masyarakat Suku Rambang di Kota Prabumulih

0
12156
Mandi Simburan, Foto: Dok. Ernatip

Perkawinan hingga kini masih mempunyai tempat istimewa bagi masyarakat. Ketika perkawinan dijadikan sebagai sesuatu yang sakral, akan banyak ritual dan kegiatan yang melekat di dalamnya. Salah satunya adalah tradisi lisan. Sebagaimana yang terjadi pada masyarakat Suku Rambang di Kota Prabumulih. Setiap prosesi perkawinan mereka selalu identik dengan tradisi lisan. Tradisi lisan ini umumnya bertujuan untuk menyampaikan pesan kepada kedua mempelai atau kepada hubungan yang baru terjalin antara dua keluarga besar.

Undangan, Foto: Dok.Ernatip

Hingga kini tradisi lisan di masyarakat Suku Rambang masih tetap dipertahankan walau  banyak tantangan yang harus dihadapi. Eksistensi ini kemudian menarik minat Dra. Ernatip, peneliti di Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Sumatera Barat untuk menggali lebih dalam tentang makna tahapan-tahapan tradisi tersebut berdasarkan tradisi lisan yang melekat di dalamnya. Hal ini untuk memahami hubungan antara makna tersebut dengan eksistensinya di masyarakat. Ernatip secara khusus akan menggali tradisi lisan Pabisan.

Pabisanan atau besan adalah sebuah sebutan yang melekat terhadap dua keluarga yang telah melangsungkan pernikahan anaknya.  Sebutan ini berlaku secara umum pada setiap suka bangsa, namun dalam pelaksanaan adat  perkawinan berbeda-beda tahapan pelaksanaannya.

Wawancara Foto: Dok.Ernatip

Tahapan pelaksanaan upacara adat perkawinan pada masyarakat Suku Rambang di kota Prabumulih adalah (1)  bekerimbangan yakni masa perkenalan atau masa pacara istilah masa kini, (2)  betandang yakni orang tua laki-laki datang kerumah orang tua perempuan untuk berkenalan sekaligus memastikan bahwa anak mereka berkerimbangan, (3) bebene yakni  orang tua laki-laki datang kerumah orang tua perempuan untuk menyampaikan  maksud hendak melamar (4) melamar yakni proses membuat ikatan  (5) akad nikah yakni melaksanakan Ijab Kabul sebagai syarat suatu pernikahan  (6) babesan  yakni perkenalan kedua keluarga besar serta panggilan yang melekat pada setiap orang sesuai dengan status/hubungan dalam keluarga, (7) mandi simburan disebut juga dengan mandi secara adat oleh tua menyan disertai juga dengan pantun-pantun (8) bejago mangian yakni  semalam bersama teman-teman, suasana ini juga merupakan ajang perkenalan oleh para remaja (9) pesta, disertai dengan penampilan tari-tari adat, pantun yang ditembangkan (10) balik andun makan yakni mengtundang keluarga makan dan  (11)  balik andun sujud  yakni  penganten mengunjungi rumah saudara-saudaranya, mereka sujud kepada saudara yang dikunjungi.

Setiap rangkaian acara adat perkawinan itu berbeda  cara, orang yang terlibat, atribut penyerta dan lainnya yang semua itu memiliki makna. Makna itulah  yang perlu ditelusuri lebih dalam untuk mengungkapkan  filosofi yang dianut oleh masyarakat yang bersangkutan.

Kontributor: Ernatip