Kesenian bagi masyarakat Lore yang meliputi masyarakat Pekurehua, Sedoa, Behoa dan Bada, sangat berperan dalam kegiatan hidup mereka sehari-hari. Untuk pencapaian suatu tujuan, kesenian dipakai sebagai alat, misalnya mengumpulkan masyarakat, menyampaikan pesan.
Kata Dondi berasal dari beberapa kata, yaitu Dolvi artinya karena, sebab; Domi artinya begitu; Dondi artinya janji.
Ketiga kata itu sangat erat hubungannya dalam kelahiran Tari Dondi dalam masyarakat. Tari Dondi dikenal sejak abad ke-18 yang melatarbelakangi kesepakatan beberapa kelompok masyarakat pekurehua (napa) untuk bersatu. Sampai sekarang Tari Dondi masih dipentaskan pada upacara adat agama ataupun acara hiburan dengan tidak meninggalkan fungsi utamanya.
Tari Dondi adalah tarian yang berasal dari Lore yang mengandung makna penyampaian pesan-pesan atau sebagai alat komunikatif dalam kehidupan masyarakat Lore. Tarian ini sudah ada sejak abad ke-18 yang muncul dari kebiasaan/tradisi dari masyarakat tempo dulu dalam mengekspresikan perasaannya di saat-saat tertentu sehingga berkembang menjadi suatu bentuk kesenian. Kesenian dondi ini termasuk jenis tari rakyat dengan pelaku/penari remaja hingga dewasa.
Tarian ini pada awalnya dikenal ditarikan oleh sepasang penari kemudian berkembang oleh pasangan pria dan wanita dewasa yang biasanya dilakukan pada upacara adat, keagamaan dan sebagai hiburan. Tari ini sangat terikat dengan penari berpasangan. Dan tarian ini juga dapat dilakukan di tempat terbuka seperti dihalaman rumah, di sawah yang sudah disiangi bahkan saat ini sudah dapat ditarikan di atas panggung dengan penari yang terbatas.
Tarian ini sangat komunikatif karena syair-syair yang dinyanyikan langsung oleh penari yang berfungsi sebagai pengiring tari selain gong dan gendang. Tarian ini juga berfungsi untuk syukuran pada upacara pertanian misalnya membuka lahan, menabur benih hingga panen dan sebagai hiburan.
Sumber : Dokumen BPNB Sulut