Sebagai seni tari yang tumbuh dan berkembang di kabupaten Poso, tari Mo Ende merupakan tari yang diciptakan dari unsur-unsur seni gerak kekayaan yang dimiliki oleh masyarakat suku Lore.
Suatu dataran tinggi yang sejuk dengan panorama yang asri dataran tinggi Etnis Lore Bada menyimpan ide yang indah. juga memiliki bermacam-macam situs megaliti. karena pada zaman itu etnis lore Bada diduduki oleh bangsa protugis. Masa itu juga adalah masa yang dillanjututkan dengan ancaman yang mencekam seluruh bangsa Indonesia termasuk masyarakat di Bada, yang tidak luput dari kekejaman penduduk jepang. Dari kondisi dan situasi saat itu menggugah dan menumbuhkan inspirasi dan imajinasi oleh masyarakat terciptalah gerak tari yang timbul dengan sendirinya dari beberapa masyarakat yang berjwa seni saat itu yang yang disebut (Ciptn NN) dirasakan oleh masyarakat dapat melerai suasana agar kehidupan yang menghimpit itu tidak terlalu terasa. Dari keragaman gerak seni yang memang telah dimiliki oleh masyarakat suku Lore yang memiliki atraksi-atraksi seni pada saat tertentu gerak tari tradisi yang biasanya di tampilkan pada upacara-upacara ritual keagamaan lahirlah gerak tari yang mempesona mengungkapkan kehidupan remaja yang penuh kegairahan dan potensi. Lahirlah tari yang diberinya nama Mo Ende .
Sebagaimana jenis atraksi seni lainnya, juga tari Mo Ende terwujud dari gerak dan lagu yang merupakan untaian pantun yang indah, mengisahkan cerita kehidupan muda yang penuh gairah yang bergelora. Suatu penampilan yang cepat mendapat tempat di hati masyarakat terutama muda mudi, karena geraknya tidak terlalu sulit di tingkahi lagu yang dinyanyi kan oleh para penari diiringi tetabuhan yang sederhana yaitu Gendang, Gong dan Juk (Koronco).
Dalam waktu yang relatif singkat tari Mo Ende telah di gemari oleh masyarakat Lore di Bada Kabupaten Poso. Sikap seniman rasanya tidaklah sulit untuk mengetahui bagaimana tanggapan seniman terhadap tari Mo Ende. Hal ini dapat dibuktikan dengan ramainya para penggujung dan tepukan tangan yang meriah pada saat tari Mo Ende muncul disetiap kesempatan. Tari ini sangat cepat menarik hati penanton lain. Syair lagu yaitu Pantun yang timbul dari penari itu.
Penari tidak kurang dari 8 sampai 12 orang. Tarian ini berbentuk lingkaran secara bergantian dan bahkan durasinya lebih dari 7 menit. Penabu 3 orang laki-laki Pakaian sopan yaitu pakaian Adat daerah suku Lore (BADA) Sejak dikenal tari ini sampai pada saat sekarang telah populer di masyarakat tidak pernah adanya kritikan baik langsung maupun tidak langsung dari tokoh agama maupun masyarakat di daerah itu.
Sumber : BPNB Sulut