TRADISI WOR DALAM BUDAYA ORANG BIAK

0
19809
Salah SatuTahapan dalam Tradisi Wor

Suku Biak atau orang Biak merupakan salah   kelompok suku besar dari  254 suku  bangsa yang tersebar di tanah Papua. Orang Biak memiliki latar belakang sejarah  kontak budaya yang luas   dengan suku bangsa lain baik di Papua maupun di luar Papua dan sampai sekarang tradisi budaya mereka masih bertahan walaupun dalam aspek budaya tertentu mengalami pergeseran salah satunya adalah tradisi wor. Wor dalam budaya Biak mempunyai arti yang luas dan tidak lepas dari kehidupan religi orang Biak baik menyangkut pembayaran mas kawin (ararem) transaksi makan (fanfan dan munsasu), tarian adat dan nyanyian adat. Dalam pengertian yang lain dapat dikemukakan wor sebagai upacara dan sebagai nyanyian adat atau folklor dalam budaya orang Biak. Tradisi Wor sebagai upacara adat/pesta adat dan wor sebagai nyanyian adat. Wor sebagai upacara adat mengandung makna yang simbolis yang di dalamnya terkandung nilai-nilai budaya yang punya fungsi mengatur hubungan mereka dengan sang pencipta, antar sesama dan dengan lingkungan alam tempat di mana mereka berada. Wor dianggap upacara sakral karena wor, berfungsi melindungi seseorang dalam peran peralihan sosialnya dalam rangkaian upacara tradisi  seputar lingkaran hidup atau siklus hidup dalam budaya orang Biak. Menurut Van Gennep, upacara siklus hidup (life cicle rites) yaitu upacara yang mengikuti tahap perkembangan atau pertumbuhan manusia sejak lahir,kemudian masa kanak kanak melalui proses menjadi dewasa dan menikah menjadi orang tua hingga saatnya meninggal. Berikut dikemukakan beberapa wor yang berkaitan dengan  siklus hidup.

Wor Tradisi yang hampir dilupakan
  1. Wor Fasfesmandwampur, (fasfes = ikatan), (mandwam= nama kulit kayu yang ditumbuk hingga halus) wor ini disebut juga fasfesepen (ikatan untuk menahan) atau babyos (membalaut). Jadi yang dimaksud dengan istilah-istilah ini adalah suatu ikatan untuk menahan bagian bawah perut seorang ibu yang sedang hamil. Wor ini dilaksanakan sejak anak masih dalam kandungan ibunya.
  2. Wor Fasasnai, artinya memperlihatkan adalah wor yang dimaksud memperlihatkan bayi/anak kepada alam agar penguasa alam dan segala isinya mengenal bayi/anak yang baru lahir.Wor ini disebut juga anunbesop (membawa atau mengantar anak turun ke bawah) atau wor mengantar anak keluar dari kamar ( anun berurido). Ke tiga wor ini pada prinsipnya sama yaitu memperkenalkan bayi/anak kepada kerabat, alam dan pemiliknya baik yang nyata dan tidak nyata.
  3. Wor Anmam, terdiri dari kata an (makan)dan mam (gumpalan makanan yang dikunyah ) maksudnya penyuapan bayi dengan makanan yang bukan ASI ibunya untuk pertama kalinya bagi bayi/anak yang baru tumbuh giginya.
  4. Wor famarmar dan Sraikir Kneram, Famarmar (mengenakan cawat atau pakaian) adalah upacara yang dilakukan pertama kali mengenakan pakaian atau cawat bagi anak laki-laki. Sedangkan Sraikir Kneram adalah upacara melobangi telinga bagi seorang anak perempuan.
  5. Wor Papaf (Penyapihan) adalah upacara melepaskan ASI seorang ibu dengan bayinya karena menurut mereka bay/anak sudah dapat makan sendiri. Bayi/anak pada saat itu menghadapi suasana baru di mana anak tersebut mulai belajar mengambil hidangan/makanan sendiri yang disuguhkan ibunya dan perhatian ibunya pun mulai berkurang.
  6. Wor Kapanaknik, adalah wor atau upacara cukur rambut yang dilaksanakan sesudah anak berumur sekitar 6-8 tahun sebelum anak memasuki masa romawa dibes atau masa remaja.
  7. Wor Kabor, setelah wor kapanaknik dilakukan wor kabor. Ada beberapa pendapat berkaitan dengan ritus K’bor seperti Koentjaraningrat dan Jozh Mansoben memberi pengertian k’bor berasal dari dua suku kata kuk atau kak yang berarti menusuk dan bori yang berarti di atas sesuatu jadi mengiris atau menusuk bagian atas penis alat kelamin laki-laki. Wor Kabor merupakan wor terakhir di masa kanak-kanak menginjak masa remaja.
  8. Wor Beba, wor ini disebut juga munara beba (upacara besar), fararur beba (pekerjaan besar). Disebut besar karena melibatkan banyak orang, biaya yang cukup besar dan tenaga yang cukup banyak. Selain wor kabor bagi anak laki-laki setelah mengikuti pendidikan tradisional di rum-sram, wor beba sangat menentukan status sosial seseorang dalam keret (klan) dalam komunitasnya.
  9. Wor Farbakbuk, yaitu wor berkaitan dengan upacara perkawinan di mana dalam prosesnya ada beberapa tahapan seperti wor ramrem,wor yakyer dan wafwofer,wor anenfasus.
  10. Farbabei (upacara berkabung) farbabei artinya menguntungkan sesuatu pada tubuh sebagai tanda mata atau kenangan dari saudara yang meninggal. Farbabei dimaksudkan upacara menggantungkan sesuatu barang/benda milik saudara yang meninggal pada tubuh saudara yang hidup sebagai tanda masa berkabung. Dalam upacara farbabei ada beberapa tahapan upacara yang dimulai dari saat meninggal sampai penyimpanan tulang pada tempat penyimpanan (prosesi pemakaman secara tradisional).
  11. Wor Rasrus adalah upacara yang dilakukan oleh keluarga untuk memindahkan tulang-tulang saudara mereka yang meninggal dengan cara mencuci tulang dan memasukkannya ke dalam peti yang dibuat dari pohon Pada saat itulah dibuat amfianir (patung) yang pada bagian kepala diberikan tengkorak dari saudara mereka yang meninggal dan ada juga patung yang dibuat tanpa tengkorak. (Abdul R.Macap)

 Sumber : Tradisi Wor Di Kabupaten Biak Numfor (Enos Rumansara     dkk), BPNB   Papua 2012