Jayapura, Mewabahnya virus yang dikenal dengan Covid-19 (corona virus diseases-19) yang penularannya sangat cepat lewat kontak antar manusia dan sulit diprediksi. Guna memutus mata rantai penyebaran Covid-19, pemerintah menerapkan sosial distancing membatasi ruang gerak dengan bekerja dari rumah (wfh),belajar dari rumah, menunda pertemuan atau acara yang banyak melibatkan banyak orang dan menutup akses masuk antar wilayah.
Pembatasan ini tentu berdampak sangat luas, salah satunya para pekerja seni di tanah Papua. Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Papua sebagai unit pelaksana teknis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di daerah yang wilayah kerjanya mencakup Provinsi Papua dan Papua Barat, memfasilitasi pekerja seni atau para seniman yang terkena dampak dari pembatasan aktifitas sosial ini dalam dialog bincang budaya guna melihat sejauh mana aktifitas mereka sebagai seniman yang terdampak dalam menghadapi situasi ini.
Bincang Budaya yang digelar selama dua hari dengan tema yang berbeda, pada hari pertama 14/05/2020 “Seniman Papua Bertahan Dalam Masa Pendemi”, menghadirkan beberapa seniman diantaranya Theo Yepese pengelola sanggar seni Honong, ibu Yosephine Ongge pengrajin kulit kayu Khombow dari Kalkhote kampung Asei dan dari Manokwari bung Sandy Betay. Bincang Budaya disiarkan langsung melalui Jaya TV.
Sedang di hari ke dua yang mengangkat tema pangan lokal Papua dalam masa pandemi menghadirkan pembicara dari BPNB Papua masing-masing Ishak S.Puhili, S.Sos dan Peter M. Apituley, S.Pd, M.Si dan DR.Handro Y.Lekito,M.Si dari Antropologi Universitas Cenderawasih.