PERMAINAN TRADISIONAL KWERITOP YANG HAMPIR PUNAH DI BOVEN DIGOEL PAPUA

0
8129
Anak-Anak Saat Bermain Permainan Kekenaya/Kweritop

Berbicara kebudayaan tidak lepas dengan manusia sebagai pemilik budaya tersebut. Kebudayaan adalah hasil karya artinya kebudayaan ada di dalam komunitas suatu masyarakat dalam rangka eksistensi dan keberlanjutan komunitas tersebut. Kebudayaan juga adalah sesuatu yang diperoleh bukan seperti warisan genetika dari seorang ayah atau seorang ibu yang diperoleh secara otomatis, kebudayaan harus dipelajari dan ada proses pembelajaran dalam komunitas di mana seseorang hidup

Permainan tradisional termasuk folklor dari tipe folklor sebagian lisan yang merupakan bagian dari kebudayaan.  Danandjaya mendefinisikan bahwa folklor merupakan sebagian kebudayaan suatu kolektif yang tersebar dan diwariskan turun temurun, diantara kolektif macam apa saja secara tradisional dalam versi yang berbeda baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemonic device).

Kajian permainan tradisional di tanah Papua belum begitu berkembang dan terkesan kurang mendapat  perhatian terhadap fenomena salah satu aspek budaya ini dan hanya kalangan tertentu. Sebaran suku yang kurang lebih 274 suku bangsa dengan zona ekologi yang berbeda memberi bentuk dan ciri khas dan  geografis wilayah Papua yang begitu luas memberi tantangan tersendiri dalam mendalami permainan tradisional di tanah Papua. Banyak nilai positif dan manfaat yang terkandung dalam permainan tradisional yang hampir terlupakan. Folklor lebih khusus permainan tradisional dalam kehidupan merupakan wujud dari usaha dan cara masyarakat dalam memahami serta menjelaskan realitas lingkungan sesuai dengan situasi alam pikiran kelompok masyarakat tersebut di suatu zaman tertentu.

Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua mencoba menginfentarisir  dan mendokumentasi beberapa permainan tradisional di tanah Papua yaitu di Boven Digoel Provinsi Papua. Bicara permainan tradisional terutama permainan anak-anak di Boven Digoel tentu tidak lepas dengan lingkungan  kebudayaan  pendukung lima kelompok suku besar di kabupaten Boven Digoel yaitu Mandobo, Muyu,Auwyu,Kombay/Koroway dan Wambon  yang termasuk dalam wilayah adat/wilayah budaya Anim-Ha/Ha-Anim dan tersebar di 20 distrik/kecamatan.

Ada banyak jenis permainan tradisional yang tersebar di Papua, seperti di Kabupaten Boven Digoel baik permainan yang masih sering dimainkan maupun yang sudah jarang dimainkan bahkan banyak yang hilang tak dikenal lagi. Dari berbagai jenis permainan tradisional di yang ditemui pada lima suku besar di Boven Digoel ini memiliki kemiripan hanya penyebutannya yang berbeda seperti Kweritop. Permainan Kweritop/Kekenaya  adalah permainan tradisional masyarakat lokal di Boven Digoel yaitu orang  Wambon. Permainan ini menggunakan tali yang dibentuk dengan berbagai mode pada jari-jari tangan. Permaianan ini dikenal luas pada lima kelompok suku besar yang ada di Boven Digoel  dengan sebutan yang berbeda-beda, seperti orang Mandobo menyebut kekenaya, orang Muyu menyebut dengan Jenjong dan beberapa kelompok suku yang lain pun menyebut dengan sebutan yang berbeda seperti lukatra atau kokenop. Berbagai sebutan yang digunakan oleh beberapa kelompok suku ini menurut ibu Marthina Tingge berbagai sebutan ini sebenarnya mereka pakai sesuai dengan mode atau bentuk yang umum mereka mainkan. Sedangkan penggunaan istilah  kekeneya pada orang Mandobo  adalah tali yang terbuat dari serat pohon kayu genemo.

Bahan Baku dariKulit Kayu Genemo/Melinjo

Permaianan ini dimainkan oleh siapa saja laki-laki maupun perempuan anak sampai dewasa namun lebih dominan dimainkan oleh anak-anak sampai usia remaja. Diwaktu dulu permainan kekenaya/kweritop pada orang wambon dimainkan saat acara kedukaan/kematian. Namun setelah masuknya  pengaruh injil di daerah ini,permainan  kekenaya atau kweritop pada orang wambon dilarang oleh pastor karena sering dimainkan pada saat ada kematian. Permainan ini dimainkan juga saat waktu senggang di rumah dan dimana saja seperti saat istirahat di kebun atau saat dipinggir kali. Tidak terikat oleh waktu kapan saja bisa dimainkan diwaktu senggang. Alat ataubahan yang digunkan yaitu; Tali dari serat kulit pohon genemo (pohon genemo : Terot), kulit kayu genemo = terot kote, hasil pintalan =kekenaya).

Tali sebagai alat utama dalam permainan kekenaya/kweritop dari pintalan kulit kayu Genemo/Melinjo

Proses pembuatan tali sebagai bahan utama permaianan tradisional kweritop/kekenaya. Kulit kayu genemo yang dipilih adalah kulit pohon genemo/melinjo  yang seratnya bagus jadi yang dipilh adalah tidak terlalu muda dan terlalu tua. Kulit pohon muda tipis dan seratnya kurang sementara pohon yang tua seratnya terlalu keras dan kurang. Setelah memilih pohon yang tepat selanjutnya dilakukan pengupasan dengan menggunakan kampak sesuai dengan kebutuhan. Proses selanjutnya kulit kayu genemo yang telah diambil dari pohon, bagian luarnya dibersihkan kemudian dikikis dengan menggunakan pisau, dimaksudkan agar mengurangi kandungan air dalam kulit. Setelah itu serat kulit kayu genemo dijemur dan dicabik-cabik . Setelah dijemur, serat kulit kayu dipilin membentuk tali sebagai bahan baku tali yang digunakan untuk permainan tradisional kekenaya atau kweritop. Proses pengambilan bahan baku ini hampir sama dalam proses pembuatan tali yang digunakan untuk menganyam noken.

Teknis permainan, Permainan kekenaya/kweritop dimainkan dua orang atau lebih dan juga secara kelompok dengan lawan bermainnya. Setelah mempersiapkan tali sebagai alat utama, permainan kekenaya/kweritop bila dimainkan oleh dua orang mereka akan saling berhadap hadapan. Setelah persiapan dimulailah permainan di mana kedua pemain saling menantang membentuk anyaman tali pada jari-jari tangan mereka dengan menebak model apa yang dimainkan oleh salah satu dari mereka dengan saling bergantian. Atau berdasarkan kesepakatan mereka membentuk satu model dan dengan hitungan waktu siapa yang paling cepat menyelesaikan bentuk mode tersebut. Permainan ini kadang saat bermain menggunakan alunan suara berupa siulan atau  nyanyian sesuai dengan mode bentuk yang dimainkan oleh salah seorang yang kadang juga mengejek lawan mainnya.

Konsekwensi Menang dan kalah, untuk menentukan pemenang yaitu dengan  1.kecepatan dalam membentuk mode sesuai kesepakatan, 2.menebak mode, 3. membentuk mode sesuai dengan apa yang dibentuk oleh lawan mainnnya. Sifat dari permainan ini lebih pada kompetisi dengan mementingkan unsur daya imajinasi berupa ketrampilan  dan kecerdasan untuk mencapai kemenangan. Dan juga rekreasi sebagai pengisi waktu yang terluang atau permainan yang menggembirakan.  Saat ini permainan ini hampir punah. Adalah kenyataan bahwa bermain mempunyai fungsi adaptif dalam kehidupan manusia. Fungsi ini lebih luas karena bermain juga mempunyai fungsi sosial-kultural. Dalam konteks inilah permainan anak-anak merupakan sebuah fenomena sosial budaya yang mempunyai makna simbolis. Dalam permainan ada simbol-simbol dan juga proses simbolik yang terus menerus dimaknai, ditafsirkan karena mempengaruhi kerangka pemaknaan yang dimiliki manusia. Permainan tradisional dengan kekhasan bisa memberi ciri khas menjadi salah satu identitas budaya tersebut sama halnya permainan Kekenaya/Kweritop sebagai ciri khas kabupaten Boven Digoel. (arm)