KARWAR, PATUNG ARWAH DALAM BUDAYA ORANG BIAK

0
6013
Patung Karwar

Orang Biak atau suku Biak merupakan salah satu kelompok suku besar di Papua dan memiliki beragam budaya yang menarik dan erat hubungan dengan kehidupan mereka. Patung Karwar adalah salah satu dari aspek budaya orang Biak. Dalam bahasa Biak, Karwar berasal dari kata Arwah atau Roh atau Rur, sedangkan patung disebut dengan amfyanir  (amfyanir korwar) atau karwar.  Karwar memiliki arti penting sebagai simbol penghormatan terhadap leluhur atau kerabat mereka yang telah meninggal. Bagi orang Biak patung karwar diyakini dapat membawa berkah khususnya bagi keluarga.        Hal ini karena apabila komunikasi dengan arwah leluhur terjalin dengan baik, maka kehidupan mereka juga akan baik.

Di waktu dulu keberadaan karwar memiliki makna yang penting dalam kehidupan karena mereka percaya karwar sebagai media untuk berkomunikasi dengan arwah leluhur juga sebagai sarana memohon petunjuk dalam menjalani kehidupan. Saat ini patung karwar telah menjadi bagian penting dalam kebudayaan orang Biak sebagai aset kekayaan seni budaya orang Biak.

Proses pembuatan patung Karwar di waktu dulu hanya dimiliki oleh pengukir yang mempunyai kemampuan khusus dengan ritual-ritual adat dengan menyiapkan pinang, sirih dan kapur.  dan juga tempat di mana karwar dibuat tidak boleh dilihat oleh orang lain. Hal ini karena patung karwar mencerminkan tentang kehidupan arwah atau roh orang yang sudah meninggal. Lamanya pembuatan patung karwar tergantung bahan kayu yang digunakan, ukuran, maupun motif dan ornament.

Proses pemahatan patung karwar diawali dari kepala, kaki, tangan, tubuh dan ukiran motif. Bila diperhatikan secara proporsional bentuk patung karwar memiliki bentuk kepala lebih besar dibanding bagian badan.Hal ini menurut Micha Ronsumbre (budayawan Biak)  bagian kepala patung karwar dibuat lebih besar disbanding  badan berarti orang Biak dalam melakukan sesuatu harus berpikir terlebih dahulu barulah berbuat. Karena penyesalan akan dirasakan belakangan bila melakukan tidak dengan pikiran yang matang. Dengan bentuk badan yang kecil, orang Biak  cepat bergerak, gesit, rajin dan tidak rakus selalu mengingat orang lain. Sedangkan bentuk hidung patung karwar yang besar  memberi arti mampu mencium dan memperkirakan keadaan  apa yang  dibicarakan benar atau tidak.

Berbicara hadirnya patung dalam budaya orang Biak dari beberapa hasil wawancara kami terutama dengan bapak Micha Ronsumbre mengemukakan berbicara afyanir  khusus karwar, hal penting diperhatikan adalah tentang manusia yang menurut orang Biak adalah sesuatu makhluk yang disebut snongaku, snon itu manusia dan gaku itu benar. Jadi manusia adalah insan sejati yang terdiri dari tiga unsur penting yaitu daging yang disebut kraf, bayangan yang disebut nin dan roh yang disebut rur.

Pada proses pemanggilan roh ke dalam afyanir (patung) dilakukan oleh seseorang yang disebut wennamon atau mediator yang mampu mengkomunikasikan dunia nyata dengan dunia roh orang mati atau dunia dewa-dewa. Apabila rog atau rur sudah datang dan masuk ke dalam patung, maka patung-patung itu sudah berfungsi dan disebut Karwar.

Patung Karwar disakralkan karena merupakan simbol kehadiran dari roh leluhur atau kerabat mereka dan untuk  mengenang perbuatan  baik arief dan bijaksana suka membantu dan menolong orang yang tidak mampu saat masih hidup.