Jayapura, Wakil bupati Kabupaten Merauke Sularso,SE membuka Festifal Budaya Parade 5 Raja Tifa . Pemerintah daerah Kabupaten Merauke menggelar “Festifal Parade 5 Raja Tifa”. Parade 5 Raja Tifa tahun ini mengambil tema “Hidup Bukan Untuk Berkarya tapi Berkarya Untuk Hidup” dengan sub tema : “Dengan Parade Lima Raja Tifa Kita Tingkatkan Semangat Berkarya Dalam Rangka Pembinaan,Pengelolaan serta Pengembangan Kebudayaan Malind, Papua dan Nusantara Sebagai Pusat Kunjungan Destinasi Wisata Budaya di Kabupaten Merauke”. Kegiatan yang digelar 24 – 26 Juli 2018 ini melibatkan masyarakat Malind dari Distrik Muting, Distrik Sota, Distrik Semangga, Distrik Okaba dan Distrik Eligobel dan komunitas seni di Kabupaten Merauke. Agenda atau materi festifal seperti yang dikemukakan ketua panitia Isayas Ndiken, S.S meliputi ; parade 5 raja tifa, musik rakyat, eksebisi tarian tradisional (Ngatzi, Wacip, Etor). Sambutan tokoh adat atau perwakilan Ketua Lembaga Masyarakat Adat (LMA) Malind Yohan Mahuze saat acara pembukaan menyampaikan parade 5 raja tifa merupakan awal pembangunan adat orang Malind, 5 raja tifa ini merupakan salah satu cara pembentukan jati diri dari orang Malind, maka kami mengharapkan agar dinas kebudayaan untuk mengangkat budaya orang Malind yang sangat luas tersebar di tanah Malind, dan diharapkan pemerintah dapat merespon hal tersebut. Beliau mengharapkan iven ini ke depannya harus dilaksanakan bukan hanya di kota Merauke tapi juga bisa dilaksanakan secara luas di distrik2 yang ada dipelosok kabupaten Merauke dengan kata lain dapat mengakomodir seluruh sub suku malind. Parade 5 Raja Tifa dibuka oleh Wakil Bupati Kabupaten Merauke Sularso,SE yang saat sambutan menyampaikan “sesungguhnya kabupaten Merauke ini memiliki potensi budaya yang sangat luar biasa yang merupakan jadi diri kita, sebagaimana tadi disampaikan bahwa orang Malind sudah hidup di tanah Malind dari saudara-saudara yang lain oleh sebab itu dengan festival ini mampu mempersatukan kita sebagai orang Malind untuk tujuan bersama terutama mari kita menghargai seluruh kreatifitas karsa dan cipta yang telah dilakukan leluhur di tanah Malind sehingga kita generasi muda mampu memelihara serta meningkatkan mempertahankan jati diri kita lewat budaya yang kita miliki. Parade ini merupakan langkah awal dalam rangka mengangkat harkat dan martabat orang Malind, dan kegiatan ini merupakan momentum bagi kita semua khusus masyarakat asli perlu kita ketahui bersama bahwa tujuan yang harus dicapai bagaiman kita dapat melestarikan budaya kita sendiri, wakil bupati mengharapakan semua tokoh adat, masyarakat dapat menunjukan kepada masyarakatnya tentang identitas yang harus di pertahankan demi kelangsungan pembangunan di tanah Malind secara khusus dan Indonesia secara umum. Sesuai dengan tema hidup bukan untuk berkarya tapi berkarya untuk hidup dengan sub tema “Dengan Parade Lima Raja Tifa Kita Tingkatkan Semangat Berkarya Dalam Rangka Pembinaan,Pengelolaan serta Pengembangan Kebudayaan Malind, Papua dan Nusantara Sebagai Pusat Kunjungan Destinasi Wisata Budaya di Kabupaten Merauke”. Tujuan parade untuk mengangkat budaya orang Malind dan melihat potensi dan karakter budaya di sub suku Malind sekaligus memperkenalkan motif budaya Malind dengan kesenian yang akan dikelola terus yang akan dikembangkan salah satunya menjadi kesenian kontemporer. Kegiatan ini juga menanamkan kembali karya budaya nenek moyang kami, parade lima raja tifa yaitu ; Ngawembu seniman adalah numma, yang kedua adalah minggui senimannya adalah worim, ketiga malind senimannya adalah malind, geb senimannya adalah geb, dan nggapas senimannya adalah yalam. Ini merupakan prosesi utk memberitahukan bahwah tanah ini memberitahukan seniman ini masih hidup, agar dikemas secara baik sebagai salah satu objek wisata yang dapat memberikan kontribusi bagi daerah. Diharapkan agar adanya sinerjitas antara instansi terkait dan stecholder dalam pemajuan kebudayaan orang Malind.