Sebuah kapal besar pada suatu hari dilanda topan patah tiangnya dan pecah kapal itu, kemudian tenggelam bersama penumpang dan awak kapalnya.Salah seorang diantara penumpang kapal yang selamat karena menggunakan sebuah sampan kecil berhasil mencapai pantai pulau Gapi.
Dalam keadaan lapar dan letih, ia turun dari sampannya menuju ke darat untuk mencari penduduk pulau tersebut minta pertolongan, namun lapar dan keletihan semakin bertambah dan tidak juga bertemu penduduk pulau itu. Untung baginya di pulau Gapi terdapat banyak buah-buahan yang hanya makanan satwa. Dengan buah-buahan yang ada ia sempat menghilangkan lapar dan dahaganya. Orang tersebut adalah seorang pedagang dan penyiar agam Islam, Jafar Sidik namanya berasal dari negeri Persia. Sesudah ia terhindar dari lapar dan dahaga, berbaringlah ia dibawah pohon yang rindang. Beberapa jam kemudian tibul pikirannya untuk mendirikan sebuah gubuk bagi tempat perlindungan dari panas dan hujan. Ia bangkit mengumpulkan bahan-bahan di sekitar tempat itu guna membangun sebuah gubuk, lalu dibangunnya gubuk itu cukup untuk tempat perlindungannya.
Beberapa hari lamanya ia menjadi penghuni pulau Gapi. Pada suatu petang terlihat olehnya arakan awan di atas lereng gunung berwarna-warni kemilauan. Dari iringan awan itu perlahan-;ahan turun menuju sebuah telaga terletak di kaki gunung. Telaga itu bernama Laguna.
Dengan tak tahan hati ia mengikuti arak-arakan awan yang turun itu, hingga sampailah ia ke tepi telaga. Dari balik semak belukar di tepi telaga ia mengintai tempat turunnya kemilau awan tersebut. Ternyata tampak olehnya bidadari-bidadari sedang turun mandi di telaga.Dilihatnya bidadari-bidadari itu masing-masing meninggalkan sayapnya dan meletakkannya di tepi telaga, lalu mereka pun melompat ke dalam air dan berenang-renang.Timbul niatnya mencuri satu dari sayap bidadari itu. Maka dengan perlahan-lahan ia merangkak menuju tempat terletak sayap-sayap itu. Diambilnya satu diantara sayap itu, kemudian dibawa pergi dan disimpannya di tempat yang tidak mudah ditemui orang.
Jafar Sidik kembali memperhatikan bidadari-bidadari itu sedang berkemas untuk memasang kembali sayap pada tubuh mereka dan terbang kembali ke khayangan bertemu orang tua mereka. Hanya satu di antara bidadari itu tidak menemukan sayapnya.Ia mondar-mandir mencari ke seluruh tepi telaga namun tak juga ditemukan sayapnya. Dengan hati yang iba penuh kesal ia mereatap di tepi telaga itu. Tiba-tiba saja Jafar Sidik muncul di sampingnya.Bidadari itu terkejut hendak melarikan diri, tetapi Jafar Sidik sempat menangkap pergelangan tangannya. Dengan susah payah Jafar Sidik berusaha membujuknya dan akhirnya keduanya bersepakat untuk hidup bersama sebagai suami istri.
Menjelang beberapa tahun kemudian keduanya dikaruniai tiga orang putra. Putra-putra itu diberi nama masing-masing Buka, Darajat dan Sahadat, sedang ibu mereka bernama Nursafa. Nursafa bersama suami bertahun-tahun hidup dalam kerukunan tetapi kadang kala ia terkenang juga pada kedua orang tua dan saudara-saudaranya di khayangan.
Pada suatu hari Jafar Sidik pergi mencari ikan di laut dari malam sampai siang hari. Nursafa sebagaimana biasa ia memandikan ketiga anaknya kemudian memberi makan dan menidurkan. Dengan tidak menduga ia melihat bayangan sayapnya di dalam air tempat mandi anaknya. Beberapa menit diperhatikan bayangan dalam baskom itu kemudian mengangkat muka memandang kea tap rumah, Nampak tersisip sayapnya di sela atap. Betapa besar sukacita Nursafa, ia segera berkemas kembali karena semua anak sudah tidur. Cepat-cepat diambilnya sayapnya dan dipasang pada tubuhnya lalu ia terbang ke khayangan. Sekembalinya Jafar Sidik, ia tidak dapat menemukan istrinya. Dilihatnya anak-anaknya sedang tidur, sayap istrinya yang disembunyikan sudah tidak ada.Ia segera tahu bahwa istrinya telah kemali ke khayangan.
Berhari-hari Jafar Sidik berjalan masuk ke dalam hutan mencari jalan ke khayangan namun tidak ditemukan. Pada suatu hari ia sangat letih setelah berjalan beberapa hari tanpa istirahat. Ia berhenti di bawah pohon yang rindang untuk melepaskan keletihannya. Disandarkannya punggungnya pada pokok pohon itu dan tertidurlah ia disitu. Dalam keadaan tertidur tiba-tiba ia mendengar namanya dipanggil, ia segera terjaga dan mencari-cari suara yang memanggilnya, ternyata yang dilihatnya adalah seekor burung garuda. Burung garuda itu bertanya padanya tentang kesusahan yang menimpa dirinya.Diceritakan semuanya kepada burung itu.Mendengar cerita Jafar Sidik, burung itu menyatakan kesediannya untuk membantunya. Betapa senang hatinya mendengar bantuan yang akan diterimanya. Burung garuda itupun terbang turun dari dahan pohon dan menyuruh Jafar Sidik naik ke punggungnya lalu dibawa terbang ke khayangan. Setiba Jafar Sidik menghadap raja khayangan, ia menyerahkan diri serta memohon ampun dan minta belas kasihan raja khayangan agar dipertemukan dengan istrinya. Raja khayangan menerima permohonan Jafar Sidik, tetapi apabila raja menampilkan ketujuh putrinya, ia harus menunjuk dengan tepat istrinya. Ketika ditampilkannya ketujuh putrinya, mereka semua berparas sama, tetapi setelah seekor lalat hinggap di dahi salah seorang bidadari segera ia mengetahui itulah istrinya. Oleh raja khayangan, keduanya dinikahkan di sana. Setahun kemudian keduanya dikaruniai seorang putra yang diberi nama Cico Bunga.
Pada waktu Cico Bunga berusia dua puluh tahun, kakeknya raja Khayangan menginginkan agar cucunya turun ke bumi untuk memimpin rakyat negeri Gapi yang makmur dengan cengkih tetapi mereka hidup dalam permusuhan sehingga negeri itu tidak maju dan berkembang seperti negeri-negeri Duko, Tuanane dan Seki. Maka diperintahkannya cucunya untuk turun ke negeri Gapi dengan dibekali semua perlengkapn yang ia kehendaki. Disamping semua yang diberikan guna dibawa ke bumi, tak lupa kakeknya memberikan petunjuk sebagai pedoman baginya dalam melaksanakan kepemimpinannya, yaitu dengan caratara no ate yang artinya turun kau memikat dan menarik semua rakyat, dimanapun mereka berada supaya dating ke negeri Gapi bersama-sama membangun negeri itu. Pesan kakeknya diikutinya setelah ia tiba di negeri Gapi. Dilaksanakannyalah yang pertama yaitu memikat semua rakyat yang ada, kemudian menarik rakyat dari negeri yang jauh dating mendiami dan membangun negeri Gapi. Maka berdatanganlah rakyat dari negeri-negeri yang jauh ke negeri Gapi. Penduduk pun bertambah semakin banyak yang terdiri dari berbagai suku dan bangsa yang diterima dengan baik dan diberi tempat untuk tinggal di negeri itu. Guna mengatur negeri dan penduduknya, maka dibentuklah suatu struktur pemerintahan dimana Cico Bunga sebagai kolano dengan bawahannya adalah para menteri. Kemudian dibentuklah juga dewan perwakilan rakyat marga dan klan yaitu sembilan orang wakil dari marga dan klan yang disebut soa sio dan Sembilan orang wkil wilayah yang disebut sangaji.
Soa sio dan sangaji terdiri atas delapan belas anggota dewan yang disebut bobato nyagimoi satufkange, atau dewan delapan belas. Dewan delapan belas ini mempunyai tugas menyusun dan membentuk hukum adat. Selain dewan delapan belas, ada juga satu dewan tertinggi yang terediri atas anggota-anggota dewan delapan belas ditambah dua belas anggota dari klan yang bertugas sebagai angkatan laut yang disebut heku dan dua belas anggota klan yang bertugas sebagai angkatan darat yang disebut cim. Dewan ini disebut kolano dan memberikan keputusan untuk menyatakan perang.
Dalam pembentukan organisasi kekuasaan itu mereka berpedoman pada dasar-dasar kehidupan masyarakat yang ada yaitu;
- Adat se atorang
- Istiadat se kabasarang
- Galib se lukudi
- Ngale se cara
- Sere se duniru
- Cing se cingari
Dengan dibentuk organisasi kenegaraan yang berbentuk kerajaan, Cico Bunga telah berhasil melaksanakan amanat kakeknya yaitu tara no ate yang kemudian menjadi Ternate sehingga diebutlah kerajaan yang dibentuknya dengan Kerajaan Ternate.
Penulis: Umi Hidayati, S.S