Natuna Bukan hanya Cerita Soal Hankam dan Daerah Perbatasan

0
180
Diskusi Sejarah Budaya di Kampus STAI Natuna, Rabu (17/10) kemarin.

Membicarakan Natuna harusnya tak hanya bercerita soal pertahanan keamanan sebagai daerah perbatasan. Namun, Natuna patut dilirik dan bisa menjadi daerah penelitian menarik dari sisi kesejarahan, budaya, dan juga arkeologi.

Pembina Yayasan Abdi Umat Natuna, Umar Natuna M.Pd.I mengatakan, sudah saatnya membicarakan Natuna dari segi non hankam. Banyak hal yang belum dikupas dari sisi sejarah dan budaya Natuna. “Kami di STAI Natuna punya Kajian Tamadun Melayu. Ada beberapa hal yang jadi fokus kajian kami,”kata Umar Natuna dalam diskusi di Kampus STAI Natuna, Rabu (17/10) kemarin.

Umar menyebutkan, pihaknya ingin menggali soal manuskrip Melayu yang ada di Natuna, melacak jejak Kesultanan Melayu yang pernah berkuasa di Natuna. Selama ini, pihaknya banyak mendapatkan informasi dari sumber lisan. “Makanya kedatangan teman-teman dari Balai Pelestarian Nilai Budaya Kepri, kami harapkan bisa memberikan informasi dan berdiskusi banyak hal dengan kami,”ujarnya.

Koordinator Peneliti Sejarah BPNB Kepri, Anastasia Wiwik Swastiwi P.hD mengatakan, BPNB Kepri sejak lama sudah melakukan sejumlah kajian tentang Natuna dan sudah beberapa buku yang diterbitkan. Ia sendiri sudah menulis Sejarah Kota Ranai dan Toponimi Kabupaten Natuna.
“Sejumlah kajian dari teman-teman lain masih ada. Tapi kuantitas memang terjadi penurunan jumlah penelitian tentang Natuna di BPNB Kepri,”kata Wiwik.

Soal manuskrip Melayu tentang Natuna, Wiwik menyebutkan, ia suda menulis buku tentang Pulau Tujuh yang bersumber dari naskah kuno Pohon Perhimpunan Pada Menyatakan Peri Perjalanan karya Raja Ali Kelana. “Naskah ini banyak memuat berbagai informasi. Saya cuma mengungkap sesi kesejarahan, sosial budaya masyarakatnya saja. Saya yakin masih banyak naskah kuno yang ada di masyarakat. Itu yang harus dicari dan digali,”ujarnya.

Dalam diskusi yang dihadiri sejumlah dosen STAI Natuna ini, anggota tim BPNB Kepri yang lain, Dedi Arman berharap STAI Natuna juga fokus dalam pelestarian nilai budaya, khususnya dalam pencatatan warisan budaya tak benda (WBTB). “Natuna banyak memiliki warisan budaya. Tapi yang baru ditetapkan jadi WBTB Indonesia baru tiga. Mendu, Langlang Buana dan Gasing. Tugas bersama melakukan pencatatan dan mengajukan untuk ditetapkan. Ini tujuannya untuk pelestarian budaya Ntuna,”kata Dedi. **