Kiprah Aswandi Syahri Berbuah Anugrah Jembia Emas

0
472
Aswandi Syahri (sumber: koleksi pribadi.)

Membicarakan kesejarahan di Kepulauan Riau tak lengkap jika tak menyebut nama Aswandi Syahri. Ia sedikit dari sejarawan yang berlatarbelakang akademik ilmu sejarah dan sangat tunak sejarah Kepri. Kiprahnya mencintai dan meneliti sejarah di Kepri berbuah manis. Aswandi menerima Anugrah Jembia Emas 2017.
========================
Terpilihnya Aswandi Syahri sangat membanggakan peminat kesejarahan di Kepri. Bagaimana tidak, ia mampu menyingkirkan sembilan nama besar lain yang juga sangat tunak dibidang masing-masing. Sebut saja akademisi Abdul Malik, sastrawan Abdul Kadir Ibrahim, penyair Tarmizi, Teja Alhab, Ramon Damora, Amsakar Ahmad, pemantun Ali Pon, pemusik Adi Linkepin dan perupa Deddy Yunizar.Alasan dewan juri memilik Aswandi cukup menarik. Aswandi dipilih karena karya Aswandi dalam hal budaya dan kesejarahan cukup banyak dan berkualitas baik yang dalam bentuk buku maupun tulisan-tulisan lepas, kontinyu dan tetap hadir sampai hari ini.

Tak hanya itu, karya-karyanya itu juga dinilai cukup berpengaruh dan menjadi rujukan dan referensi berbagai pihak tentang kesejarahan terutama kesejarahan di kerajaan Melayu Riau-Lingga dan perjalanan sejarah daerah Kepulauan Riau. ”Ketekunannya dalam menyimpan arsip-arsip sejarah dan peristiwa sosial dan politik telah membantu berbagai pihak dalam mengenal Kepri secara lebih luas,”kata Rida K Liamsi, Ketua Dewan Juri.

Aswandi sejak lama ia sangat tertarik mendalami naskah dan buku-buku Sejarah Melayu. Dari pendalaman naskah dan buku-buku sejarah Melayu itulah, Aswandi mampu mengenal sejarah Melayu, menerjemahkan buku sejarah dan menulis beberapa buku sejarah yang lebih populer.Buku-buku tersebut, misalnya, buku Raja Ali Kelana (2006), buku Mak Yong, Teater Tradisional Kabupaten Kepulauan Riau (2005), buku berupa kumpulan tulisan budaya Identitas Budaya, Kepulauan
Riau (2005). Ia juga menulis Cerita Rakyat Kabupaten Bintan. Aswandi juga menulis buku Cogan, Regalia Kerajaan Johor-Riau-Lingga, dan Pahang yang diterbitkan tahun 2006. Bersama Irwanto, ia menulis buku Khazanah Masjid Bersejarah Bumi Berazam.

Aswandi juga menerjemahkan buku yang spektakuler, yaitu In Everlasting Friendship; Letters from Raja Ali Haji ke dalam bahasa Indonesia. Buku itu ditulis seorang sejarawan Jan van der Putten dan diterbitkan tahun 1995.Buku terjemahan Aswandi diberi judul Dalam Berkekalan Persahabatan; Surat-surat Raja Ali Haji kepada Von de Wall, dan diterbitkan pada Januari 2007. Tak hanya menulis buku, ia juga menyuntingkan sejumlah buku. Selain itu, ia kolumnis tetap halaman sejarah di sebuah koran lokal yang ada di Kepri.

Mengutip Kompas, ketertarikan Aswandi terhadap dunia sejarah, khususnya sejarah Melayu, sudah dialami sejak kecil. Ketika masih duduk di bangku SD kelas III, rumah orangtuanya dimanfaatkan untuk kamar kos. Beberapa guru sempat tinggal di rumah orangtua Aswandi yang dijadikan tempat kos itu. Saat penghuni kamar kos pindah, banyak buku-buku yang ditinggalkan. Aswandi pun kemudian mulai membacai baca buku-buku yang ditinggalkan, termasuk buku sejarah.

Dari pengalaman masa kecil itulah, minat Aswandi terhadap sejarah, khususnya sejarah Melayu, mulai tumbuh. Bahkan, saat masuk ke perguruan tinggi ia mengambil Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Andalas, Padang. Dimata rekannya sesama kuliah dan juga mantan dosennya, alumni SMA 1 Tanjungpinang itu dikenal sebagai mahasiswa yang cerdas. Sejak kuliah minatnya dalam mendalami sejarah sangat tinggi.
“Orangnya sangat rajin. Harusnya orang seperti Aswandi Syahri melanjutkan pendidikan ke tingkat S2 hingga S3. Biar lebih banyak berkiprah untuk keilmuan secara luas,”kata Wannofri Samry, seniornya di Jurusan Sejarah Unand Padang.

Koleganya di Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Kepri, Anastasia Wiwik Swastiwi mengaku berbangga atas terpilihnya Aswandi. Hal ini sebagai bentuk perhatian Yayasan Jembia Emas pada dunia penelitian sejarah dan budaya. “Aswandi selama ini banyak berkiprah dibidang kesejarahan di Kepri. Anugrah ini sangat membanggakan,”kata Wiwik.

Atas prestasinya ini, Aswandi Syahri memperoleh hadian uang tunai Rp25 juta dan tropi Anugrah Jembia Emas. Pemberian anugrah dilakukan tanggal 20 Desember mendatang. **