Hikayat Orang Laut Dipentaskan di Pekanbaru

0
657

Marhalim Zaini bersama Rumah Kreatif Suku Seni Riau kembali mementaskan sebuah pertunjukan teater-puisi berjudul “Hikayat Orang Laut” (HOL) pada 28 dan 29 Juli 2018, di Anjung Seni Idrus Tintin, Pekanbaru.

Pertunjukan ini sebuah tafsir kreatif atas serpihan riwayat hidup Orang Laut, terutama yang berada di provinsi Kepulauan Riau, dan rumpun Suku Laut di Semenanjung Malaya. Para pemainnya antara lain, Husin, Joni Hendri, Adek Usman, Siti Nurul Jannah, Nurbaiti Manjo, Ratna Iri Rahmayani, Suci Ulandari, dan sejumlah pemain lainnya.

Pementasan HOL Bersumber dari sebuah puisi karya Marhalim Zaini (dimuat di Kompas, 2010) dengan judul yang sama, pertunjukan ini menyuguhkan model pertunjukan simbolik yang memadu-padankan antara kekuatan teks puisi dan eksplorasi teaterikal.

Pergulatan hidup, problematika dan perlawanan-perlawanan dalam diri orang-orang Suku Laut dalam lintasan sejarah peradaban Melayu disajikan dalam pertunjukan sebagai kolase-kolase sejarah kecil, yang terpecah-pecah, dalam kitab sejarah yang redup, dan bahkan belum dituliskan.

Sejarah Orang Laut yang juga kerap disebut Orang Selat, bahkan kerap juga disebut juga dengan Orang Lanun, mencakup berbagai suku dan kelompok masyarakat yang bermukim di pulau-pulau dan muara sungai di Kepulauan Riau-Lingga. Pulau Tujuh, Kepulauan Batam, dan pulau-pulau lepas pantai Sumatera Timur dan Semenanjung Malaya bagian Selatan.

Dulu, Orang Laut memang perompak, namun kemudian Orang Laut jugalah yang menjaga selat-selat dan mengusir bajak laut, mengawal para pedagang sampai ke pelabuhan-pelabuhan kerajaan.Bakan orang Laut-lah yang berperan mendukung hegemoni kerajaan-kerajaan di Selat Malaka. Ketika Kerajaan Melaka jatuh, Orang Laut tetap setia mendukung keturunan kerajaan sampai mendirikan Kerajaan Johor.

Pertunjukan teater-puisi HOL, menurut Marhalim selaku sutradara, tidak sama sekali berpretensi meluruskan atau membengkokkan sejarah. Tapi sejarah dalm HOL adalah “sejarah yang kalah.”

Kekalahan Orang Laut menghadapi zaman, kekalahan Orang Laut menghadapi kehendak kekuasaan, kekalahan Orang Laut menghadapi dirinya sendiri, yang seolah terbelah antara peradaban Darat dan peradaban Laut. HOL sebagai sebuah produk kesenian, harus berpihak. Keberpihakan HOL adalah—selain keberpihakan artistik—juga keberpihakan ideologis.

Sebelumnya, Marhalim sukses mementaskan teater-puisi “Dilanggar Todak” pada Februari lalu.Pada bulan Mei lalu, juga dipentaskan di UIN Imam Bonjol Padang, Sumatera Barat.**