Festival Kue Bulan di Tanjungpinang, Menjaga Harmonisasi

0
684
Festival kue bulan di Tanjungpinang. (foto:tanjungpinang.co.id).

Sejak zaman Belanda, etnik Tionghoa menjadi salahsatu etnik utama di Tanjungpinang, selain etnik Melayu dan Bugis. Orang Tionghoa diperantauan tetap mempertahankan tradisi dari negara leluhurnya. Salahsatunya, festival kue bulan atau moon cake.

Setiap tahun pada tanggal 15 bulan 8 penanggalan Imlek, orang-orang Tionghoa di seluruh pelosok dunia merayakan Festival Kue Bulan (Moon Cake Festival). Festival ini merupakan perayaan yang paling populer di kalangan masyarakat Tionghoa di berbagai penjuru dunia, dan kepopulerannya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Karena selain merupakan legenda, kue bulan juga sangat digemari.

Festival Kue Bulan atau Moon Cake menjadi salah satu cara Pemerintah Kota Tanjungpinang menjaga harmonisasi keberagaman di Tanjungpinang. Festival digelar, Ahad (15/9). Wakil Wali Kota Tanjungpinang, Rahma mengharapkan masyarakat Tanjungpinang dapat mengapresiasi budaya yang dimiliki yang ada di Kota Tanjungpinang seperti Festival Moon Cake ini. “Budaya ini harus terus dilestarikan dan di sini juga disajikan berbagai kesenian baik kesenian pola hidup, sampai pada makanan khas daerah,”kata Rahma.

Rahma menyebutkan, bahwa dengan adanya Festival Moon Cake ini dapat memberikan kesempatan bagi para generasi muda untuk dapat mengenal tradisi yang sudah ada sejak dahulu. Ia mengharapkan agar kegiatan Festival Moon Cake ini dapat terus berjalan secara berkesinambungan sebagai upaya penguatan budaya lokal dan sebagai jati diri masyarakat.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang, Surjadi, menyebutkan masyarakat Tanjungpinang sangat majemuk. Banyak suku bangsa yang mendiami kota yang terletak di Pulau Bintan ini, salah satunya adalah etnis Tionghoa yang sangat dominan dan berpengaruh dalam sektor perekonomian.
Masyarakat Tionghoa yang di Kota Tanjungpinang ini juga melestarikan budayanya, salah satunya adalah Moon Cake ini.
“Festival ini sudah selazimnya dijaga dan dilestarikan karena merupakan warisan nilai budaya Tionghoa, selain itu juga diharapkan mengundang ketertarikan wisatawan asing dan domestik untuk datang menyaksikannya,”kata Surjadi. **