BPNB Kepri Rekam Tradisi Lisan Tapah Malenggang Batanghari

0
323

Balai Pelestarian Nilai Budaya Kepri melakukan perekaman atau pembuatan film dokumenter tradisi tapah malenggang di Kabupaten Batanghari, Jambi 7-12 Oktober 2019. Karya budaya ini telah ditetapkan jadi warisan budaya tak benda (WBTB) Indonesia tahun 2019.

Ketua pelaksana kegiatan, Jauhar Mubarok mengatakan, perekaman sangat penting karena penutur tradisi ini sangat langka. Dikhawatirkan kalau penuturnya meninggal dan tak ada regenerasi, karya budaya ini bisa punah. “Dalam perekaman kini. Kita melibatkan dua tokoh yang bisa disebut maestro dalam tradisi lisan tapah malenggang. Pak Saharman dan Zainul,”kata Jauhar, kemarin.

Production house (PH) yang menggarap film ini berasal dari anak anak muda Jambi yang mumpuni dibidangnya. “Harapan kami, proses pembuatan film ini berjalan lancar dan hasilnya bagus,”ujarnya.

Tapah malenggang, adalah sebutan salah satu jenis ikan di Batanghari yang memiliki peran dalam sejarah Kabupaten Batanghari, salahsatu kabupaten tertua di Jambi. Ikan itu berukuran besar, panjangnya bisa mencapai hampir satu meter. Ikan tersebut saat bergerak dalam air badannya meliuk-liuk, makanya disebut ikan tapa Malenggang.Di Batanghari berkembang cerita rakyat Tapa Malenggang. Ikan Tapa ini dianggap salah satu ikon penting oleh masyarakat Batanghari.

Mengutip buku Lembaga Adat Kabupaten Batang Hari, dikisahkan ada tiga ikan sakti bernama tapa malenggang (mambang di awan), tapa kudung (mambang di bulan) dan tapa tima (mambang sakti). Ayah mereka bernama Sati Menggung dan ibu mereka bernama Sicindai Laut.

Sati Menggung kakak beradik dengan Datuk Si Panjang Jangut, dan istrinya bernama Dewo Sakti. Datuk Si Panjang Jangut mempunyai anak tiga orang yaitu: anak pertama Siti Muno, anak kedua bernama Rajo Mudo dan yang bungsu bernama Mabang Di Rete. Ketiganya mendapat tugas dan gelar sesuai tugas yang diberikan.

Siti Muno bertugas di Muaro Sungai Temsu bergelar Ular Bide. Rajo Mudo bertugas memasang menteban besidi Gemulan Tujuh Uluan Sungai Batang Hari. Mabang Di Rete bergelar Labi-Labi Putih bertugas di Sungai Bekal oleh ayahnya Datuk Seh Sepanjang Jangut, dan dia dibekali satu keris bernama Secangkir Ufas. Apabila kena keris tersebut seperti serasa minum racun, juga dibekali ilmu bernama Mentelak Idak Mati Berdara.**