Asyiknya Belajar Menulis Kreatif dan Perekaman

0
154
Suasana sesi perekaman audio visual dengan narasumber dari Trans 7.

Mencas energi kemampuan menulis itu penting. Tak hanya selalu dapat ilmu baru dari narasumber, tapi juga berbagi pengalaman dengan kawan-kawan peserta pelatihan. Hal inilah yang dilakukan para admin website instansi kebudayaan dibawah Direktorat
Jenderal Kebudayaan. Selama tiga hari peserta para admin dan juga staf dokumentasi mengikuti lokakarya penulisan kreatif dan perekaman audio visual di Hotel Royal Kuningan, 3-5 September 2018 lalu.

Dirjen Kebudayaan, Hilmar Farid saat membuka lokakarya mengatakan, saat ini admin website pola pikirnya tak lagi soal kuantitas dan kualitas berita. Tapi hal terpenting
adalah nilai atau arti penting berita itu bagi publik. Makanya admin website kebudayaan diminta menulis artikel atau berita yang bernilai penting bagi publik.”Pelatihan admin harus ada peningkatan. Dulu misalnya merangsang admin meningkatkan kuantitas berita. Baru kualitas. Sekarang memilah arti penting berita itu. Tak masalah sedikit, tapi berkualitas dan bernilai penting. Kadang sedikit itu lebih baik,”kata Hilmar.

Peserta foto bersama usai pemaparan materi narasumber Iskandarjet

Peserta pelatihan puluhan orang yang berasal dari satuan kerja (Satker) atau unit pelaksana teknis (UPT) dibawah Ditjen Kebudayaan. Satu satker mengirim dua orang peserta. Satu orang admins website, satu orang lagi staf dokumentasi. Narasumber yang dihadirkan panitia dari Sesditjen Kebudayaan dalam lokakarya ini terbilang paten. Penulisan kreatif narasumbernya Iskandar Zulkarnain yang lebih beken dengan nama pena Iskandarjet. Sosok yang satu ini begitu populer saat menggawangi Kompasiana, sebuah media warga (citizen warga). Narasumber lain yang tak kalah adalah Panata Harianja, praktisi periklanan. Jaja, sapaan akrabnya memberikan materi tentang copywriting, seni menjual lewat tulisan. Ia memberikan kiat-kiat teknik menghasilkan tulisan yang membuat pembaca memberikan respon yang kita inginkan. Kedua narasumber ini tak hanya memberikan materi berupa teori, tapi juga ada tugas.  Peserta diminta menulis, kemudian dibedah satu persatu.

Narasumber yang ditunggu-tunggu adalah dari Trans 7. Namanya Adriyanto Tuwit, produser acara andalan Trans 7, yakni Si Bolang. Tuwit hadir bersama timnya.
Tak hanya memberikan materi di dalam ruangan, tim Trans 7 yang mendampingi peserta saat praktek lapangan. Ada tiga lokasi praktek lapangan yang dikunjungi peserta.
Peserta dibagi ke Galeri Nasional Indonesia, Museum Kebangkitan Nasional dan ada juga yang diterjunkan ke Museum Sumpah Pemuda. Setiap lokasi ada satu orang pendamping.
Di Galeri Nasional, Andriyanto Tuwit langsung yang memberikan arahan. Ia mengajarkan teknik pengambilan gambar pakai kamera atau pun pakai gadget android. Angle atau sudut
pandang pengambilan gambar juga diajarkan. Pola-pola pengambilan gambar saat tokoh atau narasumber sedang wawancara juga diberikan masukan. “Dalam proses perekaman, kameranya setingan manual, jangan auto. Biar kita yang mengendalikan kamera sesuai apa yang kita inginkan,”tegasnya.

Saat acara penutupan, Sekretaris Ditjen Kebudayaan, Sri Hartini meminta para peserta pelatihan yang terdiri dari admin kebudayaan dan staf dokumentasi satker agar bersemangat dalam mempublikasikan semua aktivitas kebudayaan dan tak hanya kegiatan kantor. “Pak dirjen sudah menegaskan. Betapa pentingnya publikasi. Ini ujung tombak agar program dalam pengembangan kebudayaan tercapai. Saya minta semua admin paham soal program Ditjen Kebudayaan. Paham UU Pemajuan Kebudayaan, Indonesiana. Ayo terus gaungkan, sosialisasikan lewat publikasi,”kata Sri. **