Dalam kebudayaan Melayu mempunyai tradisi lisan yang disebut pantun. Tradisi ini sampai saat ini masih cukup akrab dijumpai di kehidupan orang Melayu. Baik pada acara formal maupun nonformal.
Dibandingkan beberapa tradisi lisan lain, pantun cenderung lebih terjaga dan terpelihara. Hal ini dapat dilihat pada prosesi perkawinan: mulai mengajukan lamaran, mengantar-serah hantaran, hingga proses tali lawa. Mulai dari pantun yang berisi puja-puji dan berbasa-basi hingga pantun komedi ada di dalamnya.
Selain pada pesta-upacara, pantun juga kerap dihadirkan sebagai pembuka kata sambutan, ceramah, atau yang lainnya. Seolah ada yang terasa kurang lengkap tanpa pantun, meskipun bukan suatu keharusan.
Lebih jauh ke belakang, pada 2020 UNESCO telah menetapkan pantun sebagai warisan budaya dunia Indonesia dan Malaysia. Penetapan tersebut merupakan pengakuan dunia terhadap tradisi lisan tersebut. Penetapan tersebut memikulkan tanggung jawab kepada dua negara untuk memelihara dan memajukan pantun, bukan berhenti pada acara-acara seremonial.
Terkait dengan pewarisan pantun, khususnya di kota Tanjungpinang, sementara waktu tidak perlu dikhawatirkan. Seloroh seseorang, “selagi masih ada pesta kawin, pantun tidak akan hilang”. Hal tersebut terlihat banyak pemantun muda yang handal dan piawai yang bertumbuhan. Terlebih menjadi pemantun dapat menjadi pilihan profesi, yaitu tukang pantun di acara-acara perkawinan atau pesta lainnya.
Namun, tidak semua orang mempunyai kemampuan yang sama dalam mencipta-mengolah kata menjadi pantun. Jangankan membuat pantun yang bagus, dapat berbentuk pantun saja sudah cukup disyukurinya. Adalah lembaga Pelestari Nilai Adat dan Tradisi (Pesilat) berinisiatif membuat aplikasi pantun. Keberadaan aplikasi ini dapat membantu bagi yang berminat mempelajari pantun.
Bertempat di BPNB Provinsi Kepulauan Riau, Sabtu (23/04/2022), aplikasi Pantunesia diluncurkan kepada khalayak. Pada kesempatan tersebut selain peluncuran, juga dibarengi dengan pelatihan tutor pantun menggunakan aplikasi Pantunesia. Dalam aplikasi tersebut memuat teori dan praktik membuat pantun.
Rendra Setyadiharja, salah seorang penggawa Pesilat menuturkan, aplikasi tersebut dibuat dengan tujuan untuk melestarikan pantun supaya tidak punah. Dirinya berharap, aplikasi ini dapat terus berkembang dan eksis.
Toto Sucipto, kepala BPNB Provinsi Kepulauan Riau menyambut baik atas peluncuran aplikasi tersebut.***
(Jauhar Mubarok)